soliloquy

a solitude bubbles

  • Ruth Wijaya
  • Illustration
  • June 7, 2016

    Kritik Untumu!

    Bahasa adalah rasa. Kata-kata tanpa arti, mereka hanya memanggil makna yang sudah tersimpan di dalam benak. Dan kita mempercayai apa yang kita ingin percayai. Lalu selesailah semua perdebatan yang ada di kepala saya, segala omelan dan kekesalan mengenai kenyinyiran manusia. Tapi tunggu, sebelum menutup semua perdebatan (di kepala saya sendiri) saya mau ngomel dulu.

  • May 20, 2016

    Dari Jendela Kereta

    Dari dalam kereta melintasi desa-desa, Memandang pohon-pohon berkelebatan, Kejar – mengejar dengan tiang listrik yang berjajar di pinggir pematang, Langit biru memanggil kenangan, Oh, seketika rindu kembali pada ingatan. Dari dalam kereta di tengah hiruk pikuk Jakarta, Rumah-rumah berjejalan dengan jalan raya, Dalam sekelebatan berganti dengan gedung-gedung yang menantang angkasa, Mobil motor metromini kopaja, Berjajar […]

  • April 25, 2016

    Black Coffee

    I’m feelin’ mighty lonesome Haven’t slept a wink I walk the floor from nine to four In between I drink Black coffee Love’s a hand-me-down brew I’ll never know a Sunday In this weekday room

  • April 4, 2016

    Menguping Rahasia

    Kami semua menelan kembali air mata yang telah kering.

  • March 29, 2016

    Peri Hutan

    Pernahkah kuceritakan kepadamu mengenai kolam di Hutan? Kolam tempat Lotus, Lily dan seribu bunga lain tumbuh? Kolam tempat kami para jiwa, bergelayut terikat pada pohon kami masing-masing. Saat malam hari, kami akan memandangi air kolam yang seperti cermin memantulkan langit penuh bintang. Saat siang tiba, udara dingin naik dari permukaan kolam, menyejukan jiwa yang terikat […]

  • March 11, 2016

    Kesalahan

    Sadness strikes the grey sky, Pasti ada yang salah, jika tindakan yang kau pikir akan membebaskanmu dari kesedihan justru malah menyeretmu semakin jauh ke dalam sumur duka yang pekat. Melemparkanmu pada kedalaman tanpa oksigen sehingga membuatmu tak bisa bernafas.

  • February 22, 2016

    Mencari Jodoh

    Sungguh, dengan makin berpengalamannya si lajang, urusan mencari jodoh ini ternyata jadi keliatan makin kurang penting dibandingkan urusan perdamaian dunia, lho. Elah.

  • February 17, 2016

    Kebebasan Bersuara itu Bagai Durian Anyep

    Iya, durian anyep itu ngeselin banget… tapi bagaimana bisa saya membenci durian? Sama halnya dengan kebebasan bersuara; mengeluarkan pendapat. Dari semua hal yang mesti kita perjuangkan di dunia ini; saya pikir, setidaknya kalau kita masih punya kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, paling nggak kita bisa berdiskusi, bebas berpendapat untuk mencari solusi. Semua akan lebih susah dan […]

  • February 12, 2016

    Dari Balik Jendela (1)

    Dunia melihat kehidupan kami mendekati sempurna. Beberapa kawanku bahkan menyatakan secara langsung bahwa mereka iri dengan kehidupan yang kupunyai sekarang. Tentu saja, mereka menyatakannya dengan cara bercanda, malah kupikir pernyataan itu bentuk rasa sayang mereka terhadapku, jadi aku tak merasa marah atau pun kesal. “Seneng ya, setelah sekian lama menunggu jodoh, akhirnya kamu ketemu jodoh […]

  • February 11, 2016

    Androgyny

    I have a dream, that you wear my lingerie – mine; and me, wearing your shirt. We make love and switch places. There is no more me as woman or you as man, we’re just fluid. We are souls without gender identity that love each other. – Vega & Ken, Paris 2007 Ini soal gaya […]

  • February 1, 2016

    Harus Kawin?

    Tidak bisakah kita berhubungan hanya seperti itu saja, tanpa memikirkan ujungnya? Masih berkaitan dengan hari ulang tahun, tercatat beberapa teman ngobrol saya, menanyakan hal yang kurang lebih sama. Pertanyaan: “Jadi, gimana? Sama siapa?” Saya: “Heh? Ya nggak sama siapa-siapa, ada sih naksir orang. Tapi, ya gitu, sehari naksir sehari nggak. Belum jelas.” P: “Kalau udah […]

  • January 27, 2016

    Tiga Puluh Enam

    Pertambahan umur kali ini, saya lewatkan di Jogja. Kota yang selalu memberi rasa hangat dan membuat senyum terkembang. Salah seorang kawan saya, dengan sangat baik hati membuka rumahnya dan mengantarkan saya ke mana pun saya mau untuk ‘melunasi’ janji saya terhadap diri saya sendiri. Terimakasih. Yang terpenting, saya kesampaian mengunjungi Borobudur saat Matahari terbit. Sebenarnya, […]

  • January 21, 2016

    Tersesat (11)

    ”apakah kamu pernah mendengar tentang jatuh cinta?” Adalah Pengembara Mimpi yang selalu menumbuhkan harapanku akan kekasih jiwa yang tersesat dan memerlukan kunang-kunang untuk menunjukkan arah mereka agar bertemu kami para jiwa di hutan-hutan. Sementara, kunang-kunang mendapatkan cahayanya dari harapan kami yang tersimpan pada pohon cinta. ”Semua hal, memiliki kaitannya, semua hal terikat satu dengan yang […]

  • January 6, 2016

    Hari ke-6 2016

    Selamat Tahun Baru 2016! Gini ya, kalau Tuhan hari ke-6 itu udah membikin manusia loh… dan manusia ciptaanNya yang males ini, baru hari ini bikin posting tahun baru, itu pun pake maksaaaa banget 😀 Renungan 2015? Emh… nggak tau, saya makin tua makin jarang merenungi diri, melainkan lebih banyak melamun dan berkhayal. Ya salah satu kemewahan […]

  • December 1, 2015

    Patah Hati (1)

    Maya memberitahu semua orang yang mau mendengarkan, bahwa dia sedang patah hati. Seolah-olah semua orang harus ikut menanggung kepedihan hatinya, dukacitanya. Seolah-olah dunia sekitarnya yang harus bertanggung jawab karena ia patah hati. Tak peduli di mana pun, kapan pun… dua bulan terakhir ini, topik pembicaraan bersama Maya hanya seputar patah hati. “Kurang ajar betul laki-laki […]

  • November 27, 2015

    Lelaki Kayu Manis (2)

    Aku, terutama menyukai pohon kayu manis, pohon yang rela kukupas tiap lapisannya, dan kubawa dalam lipatan baju. Kayu manis agar semua jiwa menyukaimu. Pada saat aku masih muda, dan belum mulai menyeberang ke dunia baru, aku pernah bertanya pada nenek kami, ”seperti apa mati?” Nenek memandangku dengan matanya yang kelabu dan selalu tertutup kabut tua, […]

  • November 26, 2015

    Mati

    Mati dengan ingatan penuh akan dia dan tanpa sempat menyampaikan pesan, aku rindu. Siang ini, aku mengingat siang itu, hujan badai namun kita penuh tawa, membicarakan ketakutan yang berawal dari pertanyaan tentang mati. “Pernahkah kamu membayangkan caramu mati?” tiba-tiba aku ingin bertanya seperti itu padanya. Kami sedang duduk memandang hujan badai dari jendela kaca besar […]

  • November 9, 2015

    Menyimpan Matahari

    Tidak ada yang siap dengan perpisahan. Tidak juga aku yang, sebenarnya telah menyiapkan perpisahan ini baik-baik. Berkali-kali kuingatkan diriku, bahwa, ada saatnya bertemu, dan ada saatnya berpisah. Saat kami berpisah, kami akan saling merindukan, dan kelak ketika berjumpa lagi, rindu yang telah kami peram telah menjadi sangat manis dan memabukkan. Mengenai perpisahan kami, aku tahu […]

←Previous Page
1 2 3 4 5 6 … 61
Next Page→

Website Built with WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
 

Loading Comments...
 

    • Follow Following
      • soliloquy
      • Join 2,588 other followers
      • Already have a WordPress.com account? Log in now.
      • soliloquy
      • Edit Site
      • Follow Following
      • Sign up
      • Log in
      • Report this content
      • View site in Reader
      • Manage subscriptions
      • Collapse this bar