Terbangun menjelang subuh. Berada antara mimpi dan nyata, tapi merasakan kabut perlahan menipis. Hidup mulai terasa, tenggorokan mulai kering dan telinga mendengar kesunyian.
Oh, betul… ini hidup. Sebab kemudian mulai kebelet pipis. Haus dan kebelet pipis. Apalagi yang bikin orang terbangun sebelum waktunya? Habis pipis lalu minum, atau sebaiknya minum dulu biar sekalian pipisnya? Mana-mana yang dipilih, saya berakhir dengan terjaga penuh meski tetap menguap.
Terjaga berarti pikiran saya mulai mengembara. Memutar kembali hal yang telah terjadi, dan membayangkan yang belum terjadi.
Mengingat kamu lagi. Juga dia, dan dia. Betapa kuharap kalian berbahagia sebab saya berbahagia dan ingin selalu demikian. Jika belum kalian bahagia, kudoakan semoga berbahagia. Tak bersamaku, tak apa… sebab saya juga tak menggantungkan bahagia pada kebersamaan kita. Saya berbahagia, sebab hidup yang menyedihkan ini sangat singkat. Namun, di saat yang bersamaan juga membosankan. Bahagia adalah hiburan.
Bahagia yang menjadi bahan bakar untuk melangkah di kemudian hari.
Kenapa otak saya berpikir senjlimet ini saat terjaga menjelang subuh? Bisakah ia berfungsi njlimet saat Matahari bersinar?! Tidak. Saat ini, pikiran mempunyai kendalinya semdiri. Celakanya, mengajak dua jempol berkolaborasi untuk membuat posting random. Seperti biasa.
Oh, tapi memang ini penting. Pengingat hidup yang mesti kita ingat:
- Usahakan selalu berbahagia. Sedih, susah, air mata, kecewa, marah… akan selalu ada. Namun, dalam semua rasa itu semoga tetap selalu ada bahagia menemani.
- Jika memungkinkan, nyatakan cinta saat ini. Tapi jika tak memungkinkan, simpan saja dalam hati. Tunggu saja, mungkin akan padam, mungkin juga akan makin berkobar dan membakar; lalu menghanguskanmu dalam bahagia atau pun kecewa.
- Nikmati makan. Sungguh. Juga, minumlah kopi yang paling pas untukmu…
- Jika mau berpikir rumit, ya pikirkanlah, jangan menahan diri.
- Hiduplah sebaik-baiknya.
Hiduplah sebaik-baiknya. Mari minum kopi sama saya, yuk!
Leave a Reply