Dua hari yang lalu, saya terkikik geli sendiri ketika saya berdoa, Tuhan… ayolah… Tuhan kasih aku yang ini atau yang itu, pokoknya salah satu dari dua itu… Tuhan udah nggak mengabulkan permintaanku yang kemarin, nah yang sekarang satu ini dong… salah satu, please…
Eh elu siapa Joniiiii?! Dan Tuhan yang mana yang sedang kau ancam?
Ya gitu, abis gitu saya ketawa sendiri. Goblog emang. Lalu penutupnya, dengan nelongso saya bilang, Tuhan… apa pun yang memang seharusnya terjadi tetap akan terjadi apapun pilihan saya, jika demikian kenapa saya harus punya pilihan? Susah lho, udah milih anu ternyata jalan saya inu… kan saya tetap harus memutar. Sebelum mengambil pilihan, saya tanya yang mana nih yang seharusnya jalan saya? Saya nggak dikasih tahu. Kenapa sih, nggak langsung aja templokin depan mata saya? Apa Tuhan cuma mau dibilang adil makanya memberikan kehendak bebas kepada manusia? Udahlah… repot… nggak usah dengerin harus adil apa kagak, saya maunya yang gampang, yang udah ada contekannya.
Lalu siangnya, pas banget teman saya bertanya, “Ruth, kamu masih percaya Tuhan?”
Saya tertegun beberapa saat sebelum menjawab. Perjalanan saya sekarang ada di belantara lain, di mana keberadaan Tuhan tetap saya percayai, namun seperti apa IA, apakah memang betul IA yang mengatur semuanya atau IA cuma sosok dengan energi besar, sedang bosan, boom terciptalah semua kehidupan… entahlah.
Namun ya, jika hal itu harus disebut Tuhan, maka saya percaya.
Tapi Tuhan yang mana? Yang berdiam di gereja? Masjid atau di tempat lain? Saya pernah bilang sama Tuhan, saya selama ini dibesarkan dengan mengenal Engkau sebagai Tuhan, dan dalam beberapa kesempatan, saya menganggap, Engkau yang mengirim mujizat itu karena saya meragukan Engkau. Karena mujizat yang kuanggap dariMu, maka saya percaya. Lagipula di segala tempat ibadah, saya turut berdoa, saya turut bersimpuh dengan imanku kepadaMu. Tapi saya juga selalu ragu, karena suaraMu hanyalah seperti desau angin. Sungguh Tuhan, aku ingin tanda dan petunjuk yang nyata. Trus abis nelongso, balik lagi ketawa… apa pedulinya Tuhan kalau kamu capek apa nggak? Emangnya selama ini kamu betul-betul dibiarkanNya jatuh sampai tergeletak? Ya nggak juga kan.
Pokoknya, obrolan ancam mengancam, ngambek-ngambekan ini tiap hari ada aja. Saya sih terhibur, soalnya saya boleh dibiarkanNya mengancam dan merajuk sesuka hati. Dipikir-pikir, kalau Dia memang mendengar dan berkuasa, kemudian dengan kekurangajaran ini, saya belum dikirimin petir itu warbiyasak lho ya… Nah kan… kayak gini-gini lho… kan saya jadi senyum-senyum sendiri bahkan ketika menulis ini. Aselik! Lama-lama saya jadi betul-betul gila ini… hahahaha
Tapi sungguh yang ingin saya tanyakan, boleh nggak saya mengabaikan pilihan bebas saya, Tuhan aja yang pilihin jalan dan pastikan saya nggak menderita?
Leave a Reply