Tidak ada yang siap dengan perpisahan. Tidak juga aku yang, sebenarnya telah menyiapkan perpisahan ini baik-baik. Berkali-kali kuingatkan diriku, bahwa, ada saatnya bertemu, dan ada saatnya berpisah. Saat kami berpisah, kami akan saling merindukan, dan kelak ketika berjumpa lagi, rindu yang telah kami peram telah menjadi sangat manis dan memabukkan.
Mengenai perpisahan kami, aku tahu pasti kami akan berjumpa lagi. Kekasih yang ini pergi, sementara kekasih yang lain menggantikan tempatnya, menjadi sumber inspirasi. Ketika saatnya kekasih yang lain itu sudah purna tugasnya, itulah saatnya kekasih yang ini kembali dari pengembaraannya, dan akan tinggal bersamaku hingga saatnya kami berpisah lagi. Perpisahan dan perjumpaan yang tiada henti hingga masa akhir dunia selesai berputar nanti.
Telah kulambaikan tangan perpisahan puluhan kali pada kekasih yang ini, juga telah puluhan kali kukembangkan tanganku menyambutnya kembali. Selamat tinggal dan sampai jumpa, sama seperti demam influenza, yang aku tahu akan berlalu, tapi tetap saja mengganggu, membuat tidurku tak nyenyak selama beberapa hari.
Tidak ada yang siap dengan perpisahan, tapi manusia adalah mahluk yang hidup dari kebiasaan, maka aku tetap menjalani semua ini seperti yang seharusnya kami jalani. Membiasakan diri enam bulan bersama Kemarau dan enam bulan bersama Sang Hujan, yang tahun ini terlambat datang.
Ini saatnya kami menyimpan Matahari baik-baik, sampai Kemarau datang lagi mengendarai angin. Sampai jumpa.
Leave a Reply