Tersesat (7)

Percayalah, kau tak akan pernah menginginkan ciuman seorang kekasih setelah kau merasakan nikmatnya qahwa yang pertama kali kau minum.

Semburat fajar kemerahan, pagi mulai menjelang. Kami telah bercakap-cakap sepanjang malam. Biasanya, pada saat seperti inilah Pengembara Mimpi mampir. Sudah lama kami tak bertemu, terakhir kali ia mengunjungiku saat senja ketika aku akan memasuki dunia manusia. Aku membayangkan, bagaimana jika Pengembara Mimpi bertemu dengan Lelaki Kayu Manis ini? Apakah yang akan dikatakan Pengembara Mimpi kepadaku? Ia selalu melihat  apa yang bisa kulihat, tentu saja karena ia sudah mengembara sejak pohon yang pertama tumbuh.

Aku memandangi Lelaki Kayu Manis yang sedang berjalan ke arah hutan yang meranggas di selatan bukit.

”Aku akan mencari tempat untuk kita beristirahat,” katanya.

Aku meregangkan kaki. Memandangi perbukitan kelabu di sekelilingku. Batu yang diam, pohon yang mati. Lalu menyadari, aku telah berjalan jauh sekali dari hutan tempat jiwaku pernah terikat pada Pohon Cinta. Benar apa yang telah dikatakan Pengembara Mimpi, lebih mudah tetap tinggal di Dunia Manusia daripada mencari jalan pulang ke Hutan. Namun, apakah aku ingin kembali ke Hutan? Setelah aku bertemu dengan Lelaki Kayu Manis? Tetapi, apakah kami, aku dan Lelaki Kayu Manis, memang telah saling menemukan dan kami akan menjadi teman seperjalanan untuk menjelajahi Dunia Manusia?

Aku sedang merunutkan rute perjalananku sejak dari hutan hingga ke bukit batu abu-abu dengan rongga kapur. Aku kehilangan jejakku, hutan seperti ribuan tahun yang lalu namun terasa tak terlalu lama juga. Aku bergantung pada ingatan yang menipis seperti kabut yang terkena sinar Matahari pagi. Pohon-pohon, apa kabarmu? Tali merah yang kutinggalkan, sudahkah ia ditemukan oleh kekasih jiwa? Aku hampir melupakan seperti apa rasanya terikat pada Pohon Cinta namun memaksa diriku untuk merasakannya sekali lagi, sebab aku ingin berbagi rasa itu dengan Lelaki Kayu Manis.

Ia menghampiriku, ”aku menemukan tempat untuk kita berteduh dari terik Matahari yang akan segera datang”

Kami berteduh pada ceruk gua kapur yang cukup dalam, memandang pohon mati dengan langit yang sekarang biru akibat terik Matahari. Lelaki Kayu Manis memberikan kantung minumnya padaku, ”aku menemukan sumber air di perut gua sebelah sana. Aku juga menemukan ini, ” katanya sembari memberiku segenggam buah sebesar biji ceri. Aku suka mencari ceri liar di hutan. Buah manis yang menggerumbul pada perdu yang tumbuh di bawah pohon-pohon liar. Isapan manis yang memabukkan.

”Kami menyebutnya qahwa,” katanya, ”buyut nenek dari nenekku membawa beberapa biji dalam keliman bajunya, menyelundupkannya keluar dari tanah ayahnya ketika ia memulai kehidupan baru di luar tanah tempat ia berasal. Selain kayu manis, qahwa adalah guruku. Ia menyerap semua yang ada di bumi ini dan mengembalikannya pada kita melalui rasa. Adakah qahwa di hutan tempat kau berasal?”

Aku menggeleng, ”aku belum pernah menemukan yang seperti ini, mungkin di bagian lain hutan. Hutan terlalu luas untuk kujelajahi sepanjang hidupku.”

Untuk menikmati qahwa, kau perlu menunggunya matang, membakarnya, menghaluskannya lalu menjerangnya dengan air panas, cukup panas untuk mengeluarkan rasanya tapi tidak terlalu panas hingga ia tak membakar lidahmu.

Dalam secangkir qahwa, pertama kau akan merasakan sentakan pahitnya memenuhi rongga mulutmu, lalu akan datang asam seperti sari kehidupan pohon dengan aroma tanah yang menumbuhkan kehidupan, setelah itu barulah rasa manis merayap hingga ke ujung lidah dan pada saat yang bersamaan, cairan hangat itu telah sampai di perutmu, menghangatkan hati dan membuatmu ingin meloncat karena bahagia.

Percayalah, kau tak akan pernah menginginkan ciuman seorang kekasih setelah kau merasakan nikmatnya qahwa yang pertama kali kau minum.

bersambung

Tersesat (6)Tersesat (5)Tersesat (4)Tersesat (3)Tersesat (2)Tersesat (1)

3 responses to “Tersesat (7)”

  1. […] (8) – Tersesat (7) – Tersesat (6) – Tersesat (5) – Tersesat (4) – Tersesat (3) – […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: