Adakah cara yang lebih tepat untuk melupakan selain dengan terus berjalan dan melanjutkan hidup?
Adakah cara lain untuk berbahagia selain memaafkan dan merelakan?
Kata-kata indah penuh pengharapan mudah ditemukan dalam kegelapan malam, cari saja huruf-huruf yang berpendar lemah seperti kunang-kunang.
Tetapi hidup tidak hanya terdiri dari kata-kata. Ia melewati siang yang terang dan menghanguskan, serta malam yang gelap dan dingin membekukan.
Malam telah menelan Matahari. Memeluk dingin yang menggelayuti kaki sehingga tak bisa melangkah maju.
Kabut membutakan mata hingga tak bisa mencari arah bahagia. Harapan berkelip lemah lalu padam dihembus angin yang bertiup bersama tangis serta ratapan.
Mati segan, hidup juga tak mau. Mati selagi hidup, apalagi yang bisa lebih menyedihkan daripada itu?
Sungguh tak ada harapan jika Matahari tetap memutuskan untuk tak melawan malam.
Tetapi, ia juga membinasakan ketika memutuskan untuk memancarkan kebahagiaannya yang panas dan terik tepat di atas kepala.
Manusia, banyak mau… banyak ingin dan banyak seandainya. Tak pernah ada waktu yang tepat untuk berbahagia, baik di siang atau pun malam jika tak diputuskan untuk bahagia. Percayalah.
Menjelang pagi nanti, saat roh kembali dari dunia mimpi dan saat Matahari berangkat untuj melawan malam, putuskanlah untuk berbahagia untuk hari itu saja. Bahagia esok, putuskanlah esok. Hari ini, mari berjalan melupakan kemarin.
Lagipula, airmata tak mesti jatuh penuh makna, kesia-siaan sesekali memang diperlukan.
Leave a Reply