Setiap kali mendengar berita sedih, entah itu tentang sakit atau kematian yang berkaitan dengan kerabat atau kenalan, otak saya langsung menghitung umur mereka, kemudian saya terjebak ke komentar nggak penting, “ya ampun, masih muda ya…”
Padahal, sakit penyakit dan kematian nggak ada hubungan dengan usia. Itu bisa terjadi pada siapa saja dengan usia berapa pun. Tapi entahlah, saya terus menerus tidak bisa mengenyahkan faktor kemudaan dalam hal ini. Saya selalu menganggap, harusnya usia usia muda itu masih sehat dan gembira. Kalau pun sakit parah, saya punya harapan naif bahwa usia muda akan membantu mereka melawan penyakitnya… lalu sembuh.
Saya sendiri, selalu menganggap diri saya tua. Sejak saya masih piyik, saya sudah merasa, kayaknya saya hidup sudah lamaaaaa banget dan membosankan. Tidak secara fisik sih, tapi saya merasa jiwa saya ini sudah tua dan lelah. Apalagi sekarang, ketika fisik saya juga mulai menunjukkan ketuaannya, saya makin peka sama jiwa yang nampaknya tua ini. Orang lain mah selalu punya motto, yang penting tetap berjiwa muda… saya kebalikannya, saya nggak pernah merasa muda! I am old.
Salah seorang teman saya yang mempercayai reinkarnasi pernah bilang, kemungkinan saya ini adalah old soul. Jiwa yang kembali untuk menyelesaikan apa yang belum selesai di kehidupan saya yang lampau. Mungkin saja.
Saya sendiri masih ragu mengenai konsep reinkarnasi ini, belum klik meskipun penasaran.
Dan jika saya memang old soul, apa yang harus saya selesaikan? Saya tidak mengingat sedikit pun tentang kehidupan sebelumnya. Bahkan, di kehidupan sekarang saja, ingatan tertua saya hanyalah saat saya berusia 2 tahun, kami sedang menonton tv di rumah keluarga angkat saya. Beberapa momen dari periode itu sering muncul di mimpi, lalu saya menanyakan ke mamah, sebagian beliau ingat dan mengkonfirmasi, sebagian lagi nggak jelas. Intinya, soal old soul ini… saya nggak tau apa. Mungkin ini ya hanya sekedar saya aja yang selalu merasa tua.
Kembali ke persoalan masih muda, dan mari kita menuju pada persoalan mati muda. Paklik saya, adik kandung mamah saya, konon adalah cowok yang guanteng banget… sedunia pisan pada jamannya. Beliau mati di usia 20 tahun… atau mungkin masih 19 tahun, saya lupa. Yang jelas, kematian Paklik akibat kecelakaan ini bikin patah hati seluruh anggota keluarga. Ini adalah kematian di usia muda yang pertama kali saya sesali, waktu itu saya sekitar umur 7 atau 8 tahun, saat mendengar cerita lengkapnya saya menangis seharian, dan merasa nggak terima. Seharusnya, saya punya Paklik yang ngganteng banget dan keren kalau ia tak mati muda. Kenapa Paklik saya tidak diberikan umur hingga 70 tahun seperti yang dijanjikan Tuhan? Akan ada banyak kebaikan dan kesenangan jika Paklik saya masih hidup, mungkin nenek saya juga nggak akan meninggal dalam sakit karena sedih sebab kehilangan anak kesayangannya. Kenapa malah nenek buyut saya yang masih segar bugar? Beberapa bulan setelah pemikiran saya itu, nenek buyut saya meninggal dunia di usia 106 tahun. Itulah pertama kalinya saya merasa, sungguh tak adil, sungguh menyedihkan saat yang masih muda itu direnggut dari hidup, kalau yang tua… ya sudahlah… mungkin tugasnya juga sudah selesai. Sementara Paklik saya, kan seharusnya dia baru memulai hidup…
Ah, saya adalah jiwa yang tua namun naif, cenderung bodoh 😀 tapi mungkin itu karena saya romantis aja…
Ya… ya… idealnya kan memang begitu, muda adalah kuat, segar dan riang gembira, jauh dari sakit penyakit apalagi kematian. Muda adalah kesenangan, semestinya tak harus berurusan dengan sakit atau kesedihan. Tapi hidup ini tak selalu ideal kan… sakit dan maut tak mengenal usia.
Jadi, ya sudahlah… mari kita nikmati saja hari ini!
Leave a Reply