Pemalas

Betul, bahwasanya beragama itu seperti pakai celana dalam… ya elo pakai tapi nggak perlu lo kasih tau semua orang kalo lo pake celana dalam, simpanlah untuk diri sendiri. Perjalanan batin atau pun interaksi personal kita dengan Tuhan atau bagaimana kita menjalankan ibadah kita, nggak perlu lah dipamerin ke semua orang. Nggak perlu orang tahu saya ke gereja berapa kali dalam setahun. Saya nggak perlu pamer celana dalam kembang-kembang.

Tapi, lagi-lagi, saya harus merevisi semua prinsip hidup saya. Kayanya, saya mesti pamer celana bikini!

Kritik saya terhadap agama yang saya anut, beberapa kali saya posting di sosial media saya dan blog ini. Mau cari tautannya agak males, soalnya saya lagi pengen ngoceh aja.

Oh, sebelum saya melanjutkan ocehan ini, saya mesti kasih disclaimer bahwa kritik terhadap agama sendiri ini bukan berarti juga saya masih bimbang dan mencari pencerahan di agama lain, bukan seperti itu. Maksud saya mengkritik diri sendiri adalah supaya diri sendiri ini menjadi pribadi yang lebih baik juga sih… makin murni esensinya.

Kritik saya terbesar terhadap kekristenan: duuuh… orang Kristen ini males-males! Males beribadah dan sok iye, paling berasa berat aja hidupnya kalau disuruh menjalankan kewajiban beragama. Oh, saya sedang melihat cermin kok saat mengatakan ini.

Hidup saya sebagai orang Kristen di Indonesia ini, sungguh mudah. Sejak lahir sampai sekarang, hidup saya selalu menyenangkan, selalu ada jalan keluar yang disediakan Tuhan dalam hidup saya. Meskipun Ia tak selalu menjawab doa saya, atau Ia menjawab dan saya tidak peka, yang jelas Ia selalu memberikan jalan keluar, baik di awal ataupun di saat-saat genting. Baik ketika saya sedang hidup saleh atau ketika sedang ngambek. Saya juga selalu menemukan jalan pulang kepada-Nya. Mudah ya…

Tapi, apakah saya kemudian jadi taat berdoa setiap pagi seperti yang diajarkan Yesus? Ya ampun! Bahkan dalam masa terkelam hidup saat saya sepanjang hari berteriak-teriak minta tolong pun, rasanya belum pernah saya bangun pagi, lalu duduk manis berdoa. Betapa pemalasnya saya! Selalu ada esok hari buat saya. Padahal, doa subuh, sesaat sebelum matahari terbit; kan mudah, hanya 5 menit! Ini satu-satunya waktu yang jelas ditulis di Alkitab lho…

Contoh kemalasan yang lain adalah soal puasa, tidak ada aturan jelas mengenai puasa ini di Alkitab, mana yang harus diikuti. Beberapa petunjuk mengenai puasa di Alkitab mengenai puasa berbeda-beda, ada yang 40 hari 40 malam tidak makan dan minum seperti yang dilakukan Yesus, Musa dan Elia. Sungguh, ini tidak bisa diikuti oleh manusia normal deh. Ada puasa dari Matahari terbenam hingga esok nya Matahari terbenam lagi, seharian, seperti yang dilakukan umat Israel di padang gurun, atau puasa pantang seperti Daniel, atau puasa 3 hari 3 malam seperti Esther, atau 7 hari tanpa makan seperti Daud… modelnya banyak ya?! Setahu saya, aturan tiap gereja berbeda. Catat ini, gereja yang menentukan teknis berpuasa, pun kapan waktunya. Karena lagi-lagi tidak ada catatan keharusan mengenai puasa di Alkitab, kapan waktunya dan berapa lama. Perintah paling jelas dari Yesus mengenai puasa adalah:

“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
(Matius 6:16-18)

Puasa itu syafaat, bersama doa yang sebenarnya kesadaran umat manusia untuk melakukannya nggak perlu disuruh, dan ketika berpuasa baiknya berdiam diri sembari berdoa dan memohon kepada Tuhan dibanding pengumuman lagi puasa.

Sampai sini, ada kesimpulan bahwa… ya, sebagai Kristen, saya diperintahkan untuk puasa. Namun, tak ada dosa atau pun sanksi ketika puasa tidak dilaksanakan. Ah, Tuhan sungguh tak mengenal sistem rewards dan punishment ya… rewards semuanya bok… Ada ayat kurleb bilang gini, jika kamu berdoa dan berpuasa sungguh-sungguh maka terang itu akan dibukakan bagimu. Dalam Perjanjian Lama juga tercatat, bahwa tokoh-tokoh itu berpuasa dan berdoa kepada Tuhan, jika sedang menginginkan sesuatu, Daud supaya anaknya sembuh, Esther supaya dipilih… ya berarti, ini salah satu alternatif buat yang dalam kesesakan toh… rewards. Tapi tidak ada di Alkitab tertulis, jika kamu tidak berpuasa maka kamu berdosa. Ndak ada. Nah, gimana saya nggak jadi males?

Setiap kali gereja mengumumkan waktu puasa dan suasana hati saya sedang tak menentu (yang mana selalu saja tak menentu) maka saya memutuskan untuk tidak berpuasa. Padahal, berpuasa itu bisa dilakukan kapan saja, kan saya bisa berpuasa juga setelah itu. Lho, kan gak sesuai aturan gereja? Nah, saya ganti tanya, apakah aturan gereja adalah aturan mutlak Tuhan? Dan kalau sudah sampai situ,  nanti lama-lama akan ada debat sok pinter saling lempar ayat Alkitab. Intinya, saya tetap bisa berpuasa kapan saja kalau saya nggak males dan nyari-nyari alasan.  Gitu kan?

Tapi menjadi males itu kan pilihan diri sendiri, saya malu bilang kalau saya nggak puasa pun malu juga bilang kalau saya berpuasa. Celana dalam, baik kembang-kembang apalagi bolong sobek-sobek, baiknya jangan dipamerkan.

Intinya, duuuh… please deh, orang Kristen ini (saya) janganlah menganggap diri ini paling menderita jika menjalankan ibadah… ih cemen banget lho ini… Nggak puasa juga nggak akan dilempar petir kok sama Tuhan. Ini benar-benar pilihan. Pergi menjalankan ibadah atau tidak, hendaklah jangan berkoar-koar seperti orang Farisi dengan kemunafikannya. Itu aja sih.

Ya ampun, saya baru kritik sebiji soal kemalesan orang Kristen dan hanya mengambil 2 contoh aja udah panjang banget ya… padahal, masih banyak contoh kemalasan yang lain, juga topik kritik yang lain.

Btw, boleh baca ini juga deh… beberapa di antaranya, mengingatkan saya akan protes saya juga di masa lalu… 😀

Ah udah dulu deh, baiknya saya mandi dan meminyaki diri saya sendiri supaya pikiran saya jernih, kemalasan saya sirna dan hati saya jadi menentu memasuki masa-masa pra-Paskah ini… Amin.

4 responses to “Pemalas”

  1. makasiiiiih ya mbak buat sentilannya 😀
    kadang juga males2an ibadah. terus keinget kalo udah dikasih nikmat banyaaaaak banget. tapi ya gitu kadang tetep aja males. duh manusia. ibadah jadi cuman sebagai penggugur kewajiban. bukan bentuk syukur. alhasil sholat udah kayak harga tiki jne paling mahal. express 😦
    ini juga sama, ngomongnya depan cermin lipet 😀

    1. Menungsa ya…. untung Tuhan itu baik ya, klo kita yg males ini dipitesin…gimana coba?! Semoga kita bertambah rajin di masa mendatang ya…

  2. Bbrp blog jg pernah bahas hal ini kak, ttg “keunikan” yg dimiliki org Kristen. Ya di gerejaku jg byk yg aneh2 *tunjuk diri-sendiri* pengen negur tp kesannya sok suci bgt.
    Ahh.. dinamika kerohanian..

    1. Memang paling mudah sih jari menunjuk daripada kita ngaca ya 😀 saya ini udah paham gini, tapi ya gitu…pemalesannya mesih dipiara… *ampun Tuhan*

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: