Pada mulanya adalah kegelapan, begitu lelaki rempah-rempah mulai bercerita dengan suaranya yang licin serupa kulit ular mendesir, membuatku remang dalam waspada; kegelapan yang menelan semua kehidupan, katanya. Kemudian Sang Waktu datang mengunjungi negeri para Bintang dengan membawa terang yang mengusir gelap. Namu kegelapan melawan, benturan-benturan gelap melawan terang memercik ke semua arah dan melahirkan Bintang. Sang Waktu lalu membuat perjanjian antara terang dan gelap. Ia membagi hitungan waktu yang ada dengan sama rata dan membuat keduanya berkuasa di masing-masing bagian. Selain itu, Sang Waktu juga bersabda, bahwa gelap tak boleh lagi menelan kehidupan, gelap hanya menjadi waktu peristirahatan sementara terang, juga tak bisa berkuasa atas seluruh waktu karena siang yang riang terkadang sangat melelahkan. Perjanjian itu tetap berjalan hingga kini. Sementara, Bintang-Bintang yang terlahir dari peperangan antara gelap dan terang juga makin dewasa. Cahayanya makin menyilaukan dan membakar siapa saja yang terpesona pada mereka. Bintang-Bintang yang cantik harus pergi dari negeri yang telah melahirkannya.
Aku menahan nafas, ”terusir ke mana mereka?”
Lelaki rempah-rempah tersenyum, ”mereka tak terusir, mereka mendapat tempat yang lebih luas, di langit”
Namun, meskipun telah mendapatkan tempat yang luas di langit, kerinduan akan negeri kelahiran selalu ada. Para Bintang selalu kembali mengunjungi negeri kelahiran mereka dalam wujud cantik perempuan. Sepanjang masa, manusia berusaha menangkap putri-putri Bintang untuk dirinya. Beberapa berhasil mendapatkan sang putri dengan cintanya, beberapa harus merana karena kemudian sang putri menemukan jalan kembali ke langit. Hidup di dunia manusia tak mudah setelah kau mengenal kehidupan di atas sana.
”Kenapa aku tak bisa bercakap-cakap dengan para Bintang?”
”Bahasa mereka berbeda dengan kita, nenek dari nenekku menceritakan kepada kami ketika aku masih kecil, bahwa sebelumnya, Bintang berbicara seperti kita”
”Ceritakan padaku!”
Dulu, kami sama-sama berdiam di bawah langit yang indah. Saat Bintang yang terlahir di sini belum terlalu menyilaukan. Semua bahasa terlahir di sini. Kemudian, manusia bertambah banyak dan bertambah kuat, begitu juga dengan Bintang yang makin membakar. Ruang antara bumi dan langit semakin dekat. Lalu, semua penghuni dunia manusia, kecuali kawanan Bintang bersepakat untuk bangkit untuk membuat menara yang menyentuh langit dan hendak berkuasa atasnya. Sejengkal menuju langit, Sang Waktu membuat jarak langit dan bumi semakin jauh dan menyerakkan kami hingga kami tak memahami bahasa satu dengan yang lain, dan saat itulah ketika Sang Waktu menempatkan para Bintang di langit, karena mereka tak menginginkan untuk berkuasa di sana. Lagipula, mereka akan membakar seluruh dunia dengan cahayanya. Mereka memang seharusnya terlahir sebagai mahluk langit.
”Aku sudah menceritakan rahasia tentang negeriku, juga kelahiran para Bintang”
”Belum cukup, bagaimana gaharu dan cendana bisa tumbuh di negerimu?”
”Harus ada pembayaran lain untuk cerita gaharu dan cendana”
“Pembayaran selain ciuman?”
“Ya, pembayaran selain ciuman”
“Cerita tentang Pohon-Pohon?”
“Ya, cerita tentang Pohon-Pohon”
Aku mendesah, “itu cerita yang sulit. Aku sendiri masih mencari cerita mengenai Pohon-Pohon. Seorang Pengembara Mimpi yang dari waktu ke waktu menceritakan kisahnya padaku”
“Kamu boleh menceritakan padaku sebagian yang kamu tahu”
“Untuk itu aku meminta bayaran”
Lelaki rempah-rempah tertawa, ”kamu jiwa yang tersesat dalam dunia manusia”
”Demikian adanya”
bersambung
Tersesat (5) – Tersesat (4) – Tersesat (3) – Tersesat (2) – Tersesat (1)
Leave a Reply