Sudah tanggal 30 Desember 2014… Rasanya, baru kemarin deh tanggal 1 Januari 2014. Ih, ngapain aja saya setahun ini yak? Ngeblog doang… itu pun jarang 😆
Okay, serius… pencapaian terbesar 2014? Biasa aja semuanya. Masih bertahan hidup dengan cara bernafas dan bergerak, tak lupa tidur secukupnya. Ah bukan berarti saya tak mensyukuri apa yang sudah terjadi tahun ini lho, ada banyak hal yang saya alami dan kebangetan kalau nggak disyukuri.
Sungguh.
Makan cukup, sehat selalu sepanjang tahun. Kena flu dan sakit demam hanya 2 kali kalau nggak salah ya… Kaki nggak patah, tangan juga nggak patah. Patah hati sedikit sih boleh tahan. Hahahahaha. Berhasil menurunkan berat badan sebanyak 4 kilo berkat naik sepeda pergi-pulang kantor, yang berarti berhasil ngirit ongkos ojeg yang kemudian bisa dialokasikan ke acara minum kopi. Dengan turunnya berat badan, berarti ukuran baju juga mengecil! Lumayan banyak, semua celana saya jadi kegedean, kemudian saya jadi punya alasan untuk membeli sepatu baru… lho, kok sepatu?
Hidup di tahun 2014, penuh dengan rasa. Kemudian, di penghujung tahun… Jatuh cinta dan patah hati datang bertubi-tubi. Juara banget ya… news of the year nampaknya. Tapi itulah hidup, konon kata pepatah, “urip kuwi bungah lan susah tekane sawayah-wayah” Jadi, ya gitu… Hidup itu soal rasa, rasa gembira berlebih yang bikin hati riang juga ringan dan mengambang di udara. Rasa sedih yang menyeret-nyeret hati hingga berdarah dan bikin airmata nggak berhenti mengalir, itulah hidup. Merasakan semua itu berdenyut dan menguasai mental juga raga. Tentu saja, hanya orang sehat yang bisa merasakan ini semua, jadi ya balik lagi ya… muter ke mana pun, ujungnya teteup mensyukuri.
Tapi memang kan biasa aja 2014 ini, saya nggak tiba-tiba dapet penghargaan nobel atau apalah…seperti membuang lagi satu tahun dalam hidup saya, karena saya belum merasa berguna bagi dunia… seperti menemukan vaksin anti bokek, misalnya… Ini seperti ucapan syukur yang berbelit dengan penyesalan.
Ih, posting ini kok makin gak jelas, menye-menye sana-sini… maaf, cuaca mendukung. Langit selalu abu-abu, seperti persetujuan alam untuk saya ikut merasa kelabu. Hayah.
Lalu sampailah saya di pemikiran, betapa tipisnya hidup kita ini, sekali bersin bisa saja nyawa terhempas dan berpisah dengan raga. Jika demikian, dan saya sedang berada di dalam rasa belum-berguna-bagi-nusa-dan-bangsa, kematian pastilah menyakitkan. Kematian penuh penyesalan. Tapi saya ingin mati dalam bahagia, juga kemudahan, mati yang lebih mudah daripada hidup. Jadi, sekali lagi…mari kita syukuri bahwa kesempatan untuk memperbaiki cara mati masih akan datang di tahun 2015. Matahari masih akan terbit esok hari, memberi harapan untuk berharap lebih banyak pada hidup.
Dan untuk menutup posting menye-menye nggak jelas ini, mari kita saksiken video Bad News dari Bastille. Ya sambil diingetin, bahwa mau sesiap apapun kita menghadapi hidup, tetap saja kita akan terkejut oleh apa yang diberikan oleh hidup. Both bad news & good news will kick you in the teeth when you least expecting!
Mari kita rayakan hidup! Selamat menyongsong tahun baru 2015, semoga langit tak lagi selalu abu-abu!
Leave a Reply