Salah seorang teman saya saat SMA, pernah bilang ke saya setelah kami bertemu lagi di media sosial beberapa tahun yang lalu, “kamu dulu kan anaknya antisocial gitu,sekarang kamu lumayan mau bergaul ya”
Lalu setelah itu ada beberapa kawan lama yang mengatakan hal yang sama, intinya saya ini dulu dianggap antisosial, ngak mau bergaul. Saya asyik sendiri. Nggak pernah peduli keadaan sekitar, self-center dan mau menang sendiri.
Dari pihak saya sih rasanya nggak ada sanggahan ya. Memang kok, saya akui saya ini egois. Banget. Ya gimana, apa-apa kan saya memang selalu mikirin diri sendiri dulu… Dan sikap inilah yang mungkin membuat saya seperti antisosial, nggak mau bergaul. Setelah saya tanya-tanya, maksudnya nggak mau bergaul ini apa? Menurut mereka, ya saya suka asyik sendiri,jarang mau main bareng teman, lebih suka menyendiri. Errr… okay. Ya memang iya sih… hahahaha.
Dilahirkan sebagai anak tunggal, saya punya berbagai macam cara untuk asyik sendiri. Saya sama sekali tidak terganggu dengan rasa sepi atau takut kalau tidak ada teman. Tentu saja, sehari-hari pun jadinya saya juga asyik sendiri. Saya nggak pernah ngoyo untuk mesti ubrak-ubruk ke sana ke mari, atau sibuk nge-geng gitu. Nggak pernah juga pengen punya benda-benda tertentu atau mencapai sesuatu supaya diterima di pergaulan. Pokoknya, ya memang asyik sendiri. Prinsip saya sih, saya tidak mau nantinya terganggu oleh dunia sekitar, makanya saya nggak mau juga terlalu terlibat di lingkungan sekeliling saya. Ya saya paham sih kenapa saya bisa dianggap nggak mau bergaul.
Hidup nge-kos saat saya kuliah, betul-betul mengajarkan saya untuk hidup bersama orang lain. Bukan sekedar toleransi menggunakan fasilitas ya, untuk hal ini saya lulus… malah cenderung genggeus saking saya pengen semua orang bersikap saklek untuk urusan ini 😆 Saya belajar bahwa ya manusia memang harus mau terganggu dengan lingkungannya. Kan mahluk sosial, perlu berinteraksi dengan manusia lainnya.
Sayangnya, istilah manusia sosial itu sendiri malah jadi boomerang deh. Gimana nggak, ini kemudian dijadikan alasan untuk meminta manusia lain selalu mendukung yang bersangkutan. Alasan buat minta pukpuk gitu loh. Oh lihat saja di media sosial, banyak betul pencari perhatian yang minta pukpuk, ya kan mahluk sosial gitu loh…perlu diperhatikan dan disayang dan digauli oleh mahluk sosial lainnya. Ini bukan pencari perhatian, tapi mahluk sosial yang memerlukan support group deng. Sementara nanti ada yang komentar berbeda, langsung deh, pencari perhatian mengumpulkan pukpukers sebagai support life untuk mengategorikan si pemberi komentar berbeda sebagai tukang bully.
Tapi ya di era media sosial (buat manusia sosial) ini semua-mua-mua-mua hal jadi overrated dah. Lebay. Ya termasuk juga lebay dalam bersosialiasi. Saya juga jadi lebay dalam menganalisa, bagian mana saya yang antisosial sampai akhirnya nyambung ke mana-mana dalam satu posting.
Lalu, apakah saya masih anti sosial? So(k)sial iya deh… hahahaha… Etapi ini seriusan ya, serius versi Wikipedia gitu, antisocial itu termasuk personality disorder (klik saja link-nya). Nah, yaa… saya jadi diingatkan lagi, hati-hati dalam menggunakan istilah. Jangan pede deh ngaku antisocial, wong sebenernya itu penyakit kejiwaan yang merugikan orang banyak. Hihihihi… satu lagi tamparan kepada diri sendiri.
Ya gitu deh, selamat bersosialisasi.
Leave a Reply