Barusan ya, nonton tv soal liputan PEMILU hari ini. Ada satu anak muda yang diwawancarain bilang bahwa, kalau hari ini dia nggak bisa milih karena dia berasal dari luar kota trus KTP-nya ditolak oleh TPS tempat dia ingin mencoblos. Trus dia nyalahin panitia yang nggak mensosialisasikan gimana tata cara pemilihan.
Ih, saya langsung gemes dan ngomel-ngomel sama ini anak muda, “lo aja goblog, mbak… ya kan bisa gugel kali jauh-jauh hari gimana cara milih kalo elo memang niat milih, lagian kalo mereka sosialisasi, lo yakin lo dengerin? Lo di rumah terus nungguin mereka dateng? Apa pas mereka sosialisasi lo-nya nggak lagi ria-ria jalan ke mana-mana? Anak muda kok goblog, maunya disuapin informasi mulu, lo gugel, cong! Gugel! Komplit kok informasinya”
*tarik napas*
Ya maap ya, menurut saya itu memang komplain yang bodoh. Sebagai generasi yang pegangannye henpon ke mane-mane, masak sih, nyari info seperti itu aja nggak bisa. Coba deh, masukkan keyword: cara mengikuti pemilu untuk ktp daerah di Jakarta. Mbrudhul itu semua informasi. Bahkan ada beberapa tautan dari portal berita dan KPU yang menginformasikan soal hal ini. Eh, kok nggak saya kasih link? Enak aje, cari aje sono dah *masih ngambek* 😀
Jadi gini, sekarang kan udah kelar nih pileg, masih ada pilpres. Aturan pemilihannya sama lah ya… baiknya saya cerita ya, gimana saya memilih di luar daerah asal saya, mana tau ada yang perlu juga.
Minta formulir A5 di daerah asal
Menurut sumber di website KPU, pemilih luar kota bisa memilih di TPS berbeda dari domisili dengan menunjukkan formulir A5, yaitu surat rujukan dari kelurahan tempat tinggal. Lho, kok repot? Ya gimana lagi. Menurut logika saya, ya wajar sih. Supaya terverifikasi dan pasti bahwa si pemilih hanya menyumbangkan satu suara saja. Gini, sebelum komplen pemerintah ini itu aturan ribet, ya coba dijalani dulu. Dalam kasus saya, formulir A5 ini diurus oleh si mamah, karena saya nggak bisa pulang kampung dan ngurus sendiri. Saya bilang, kalau perlu surat kuasa bermaterai untuk mengurusnya, saya akan kirim, tapi coba deh, mamah ke Kelurahan dulu, tanya ke perangkat desa. Ternyata saya tak perlu surat kuasa bermaterai, 3 hari kemudian, formulir A5 saya sudah ada.
Kok ada edaran, pakai KTP dan KK aja bisa?
Ya itu kalau KTPnya domisili yang sama dengan TPS. Sumprit, ini bukan sok teu, di website KPU itu komplit semua informasinya. Oprek aja. Saya juga download profil caleg dari situ, saya baca satu-satu di situ.
Tapi tadi ada juga teman saya yang bisa pakai KTP & KK luar kota untuk milih di TPS luar daerahnya. Nah, untuk ini saya kurang paham aturannya, nanti saya juga akan baca lagi. Terakhir baca sih ya memang kalo luar kota harus pakai formulir A5, nggak boleh A4. Haisssh… garing ah cep.
Ingat, kuota pemilih tambahan di tiap TPS hanya 4% dari jumlah DPT
Yang artinya, surat suara buat pemilih tambahan pun terbatas. Belum tentu yang punya A5 aja bisa masuk. Ya kebayang dong, jumlah DPT cuma 300, berarti tambahan 12, yg berbondong-bondong milih 15. Otomatis 3 gak bisa milih dong ya.
Solusinya? Kalau sudah pasti memilih di TPS, baiknya 2-3 hari sebelumnya sowan ke Pak RT setempat, mendaftar untuk mengikuti pemilu di situ. Dalam kasus saya, beberapa hari sejak saya menerima kiriman formulir A5 dari kampung, saya nggak sempat ke Pak RT sama sekali. Saya sudah deg-degan, gimana klo nggak dapat kuota. Akhirnya tadi pagi-pagi saya datang dulu dan mendaftar dengan formulir A5. Saya sudah siap-siap, kalau harus berkeliling TPS demi TPS untuk bisa memanfaatkan suara saya. Tahun 2009 pas pilpres, saya berkeliling 3 TPS di Bali, karena TPS pertama tidak menerima formulir pindahan (saya lupa apa namanya sama A5 atau bukan, tapi memang saya bawa formulir rujukan karena memang sudah tau saya akan di Bali pas hari-h PEMILU), sementara TPS kedua sudah penuh kuotanya. Saya akhirnya mendapatkan kesempatan di TPS yang lumayan besar di Kelurahan Kuta.
Ih kok saya mau-maunya repot? Ya gimana ya… kan udah diniatin. Ya kasian juga sama mamah saya udah iclik-iclik mengurus formulir saya, orang-orang di kelurahan yang sudah bantuin nulis formulir. Ya sebaiknya, kalau memang sudah niat memanfaatkan hak pilih, ya perjuangkan hak pilih kita, biar repot juga dijalanin. Kalau nggak pengen memanfaatkan, ya gak usah berjuang aja sekalian bok, daripada capek ah.
Terus, nulis ini maksudnya apa? Pesanan siapa? Ikut kampanye anti golput?
Kagak ah. Bukan jurkam, nggak segitunya juga mau jadi tukang kampanye anti golput. Yang sudah punya hak pilih itu udah pada dewasa, yo ben mikir dhewe, mau pilih apa. Golput pun kan sebuah pilihan.
Saya cuma gemezzzzz aja. Saya pengen ngasih tau, heiiii….sistem kita ini nggak bapuk-bapuk amat kok, kalau mau bangsa ini maju, ya kita gerak jari dikit deh, cari informasi sampai dapat. Jangan minta disuapin aja terus. Mandiri dikit gitu. Dan jangan cuma bisanya nyalahin orang lain atas kegagalan kita. Ya tau, pemerintah kita emang kuclut banget, baguslah si gendut bentar lagi gak jadi presiden. Tapi setidaknya, kita juga bergeraklah buat bangsa ini.
Ih panjang ya…. eym… namanya juga gemeeeezzzzzz…
Jadi gitu, semoga pas pilpres nanti teman-teman yang berdomisili di luar daerah asalnya dan berniat memilih bisa memanfaatkan hak pilihnya ya.
Leave a Reply