Oasis Cikini

Sama seperti namanya, restaurant ini bagaikan mata air yang menyejukkan di tengah hiruk pikuk wilayah Cikini; bentuk bangunannya yang elegan, khas ciri bangunan era kolonial, mengundang kita untuk mampir minum dan makan. Bangunan restaurant ini, tadinya adalah sebuah rumah milik seorang bangsawan Belanda dan sudah berdiri sejak awal abad 20, yang memiliki perkebunan, teh, karet dan kina.

Sekitar tahun 60an deh, katanya rumah ini dikelola oleh manajemen Hotel Indonesia, dan dijadikan cadangan restoran dan hunian. Jadi, kalau ada tamu yang ingin makan di restoran Hotel Indonesia tapi lagi penuh, maka tamu tersebut diarahkan ke Oasis untuk menunggu kursi sambil mimic-mimik cantik. Begitu juga kalau kamar di HI penuh, dikirimlah ke tempat ini. Baru sekitar akhir 70an restoran ini berdiri sendiri dan memperkenalkan menu Rijsttafel.

Sepertinya, menikmati Rijsttafel di Oasis adalah suatu keharusan, legendaris gitu. Namun saat ini sih, sudah banyak restoran Indonesia yang juga menyajikan menu Rijsttafel. Keunikan Rijstaffel itu sebenarnya adalah caranya penyajian makanan, 12 masakan yang dibawa berombongan langsung oleh 12 orang pelayan. Masakannya sih ya masakan Indonesia kayak di nasi rames aja. Ya terasa megah aja… begitu pelayan yang membawa makanan berbondong-bondong datang, ya saya sih biasanya langsung huwooow gitu… tapi pas makan langsung drop, rasanya kurang cucok dengan selera ekke cyiiin :lol:. Dari pengalaman menikmati Rijsttafel yang hanya kerasa megah di awal itu, saya penasaran banget pengen coba menu ini di Oasis.

Sayangnya, ketika saya ke sana, pas makan siang, dan mereka tidak menyajikan menu Rijsttafel siang hari. Sebel ya.

Saya kemudian mencicipi menu masakan Eropa-nya. Rasanya sih… ya gitu deh, tidak secantik penampilannya.

Salah seorang rekan saya memesan masakan Indonesia, kategorinya juga termasuk lumayan saja.

Kesimpulannya, buat saya sih Oasis ini lebih ke nostalgia aja deh… tapi berhubung saya belum punya nostalgia apa-apa di Oasis, yaaaa…cukup sekian dan terima kasih 😆 kayanya, saya juga jadi nggak terlalu penasaran lagi sama menu Rijstaffel di sini.

Berapa koprol? 2 aja deh, bro…

Advertisement

4 responses to “Oasis Cikini”

  1. Ha ha aku cuma mau ke Oasis kalau ditraktir …..

    1. Klo enak buanget, aku gak ditraktir pun mau kok dtg lagi 😀 tapi ini biasa aja

  2. ruth, itu isi kain2 didalam resto pengen aku colong semua deh

    1. Di depan masih banyak pernik2 lucu lainnyam Non… interiornya cakep emang

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: