Filosofi Pohon Pisang

Mamah saya, yang ratu drama itu, sering banget memberikan petuah mengenai hidup saat kami lagi minum kopi/teh di pagi hari. Apa aja suka disambung-sambungin supaya bisa jadi bahan nasehat. Suatu ketika, kami sedang menikmati pisang goreng hasil kebun tetangga (dapet dikasih tetangga maksudnye), si mamah bilang gini, “nduk, kamu tau nggak?! Hidup kita tuh seperti pohon pisang, lho”

Saya: …. *tetep ngunyah pisang goreng*

Mamah: “Iya lho, pohon pisang itu kalau sudah berbuah mati. Seumur hidupnya, dia berbuah sekali, tujuan hidupnya tercapai, trus mati. Mati setelah menghasilkan, sama seperti manusia, kita akan mati kalau sudah berbuah, menghasilkan. Tujuan tercapai”

Oke deh.

Saya lupa petuah pisang goreng ini, dan tiba-tiba saja kemarin di Nias teringat lagi ketika kami lagi di jalan, memandangi pohon pisang 😆

Tujuan hidup lo apa? Tujuan kita jadi kaya cyiiin… Lha trus kalo udah kaya, tujuan hidup tercapai trus metong? Kasian amat. Filosofi pisang ini kita simpan dahulu deh, kok kesian ujung-ujungnya. Kita gunakan di lain waktu saja, kalau hasil akhirnya bahagia ya.

Selain pohon pisang, ada juga kok filosofi pohon kelapa. Kalau yang ini sih, bukan nasihat sok bijak si mamah, tapi dari penjelasan, kenapa lambang pramuka itu tunas kelapa. Katanya, karena semua bagian kelapa itu bisa dimanfaatkan. Samalah, hidup kita juga harus bermanfaat.

Trus… pagi-pagi, kenapa saya mengingat kedua pohon ini? Masih belum move on dari trip ke Nias kemaren, cyiiin… aduh ini bodoran internal deh… cuma ada 4 org yang ngikik kalau ingat pohon kelapa & pohon pisang 😆

Jadi gini, kmaren kan saya diajakin sama Wafer Tango untuk menengok program Tango Peduli Gizi di Nias, sekaligus mengantarkan sumbangan teman-teman di program #HandIndHand. Baca ini lagi deh, untuk menyegarkan ingatan soal apa itu Hand In Hand.

Dari perjalanan itu, saya punya banyak cerita yang menyenangkan. Salah satunya, ketemu anak-anak yang sudah sehat dan ceria, pulih dari kondisi gizi buruk. Saya akan bercerita panjang lebar dalam waktu dekat, plus foto-foto deh ya. Janji, nggak ngelantur pakai pohon pisang & pohon kelapa lagi.

Untuk membuat semangat, mari kita pasang gambar pohon kelapa & langit Nias.

Btw, jadi pengen pisang goreng nggak sih?!

 

3 responses to “Filosofi Pohon Pisang”

  1. loh kok pohonnya poho kelapa sih? hemmm

    1. Kan pendahuluan cerita Nias 😀

      1. hehehe, ya ya boleh deh 🙂

        salam kenal Ruth..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: