Kisah Cinta Si Dadar Tuna

Tadi sore, saya mempunyai ide cemerlang untuk membuat perkedel tahu tuna. Maksudnya, tuna dicampur tahu yang telah dihaluskan kemudian dicampur telur lalu digoreng. Cemerlang banget ya 😆
Di bayangan saya, nasi hangat dan perkedel, nikmat sekali. Tetapi harapan saya buyar di wajan, bersama buyarnya perkedel saya.
Ok. Saya bukan orang yang mudah menyerah, saya pikir, mungkin ini masih bisa jadi orak-arik tuna atau sekalian aja tambah telur lalu kita jadikan dadar tuna. Saya juga berpikir, seandainya saya punya persediaan keju mozarella, pasti dadar tuna ini akan jadi pizza tuna kw super yang nikmat.

Ketika berpikir soal pizza kw, saya jadi teringat kisah waktu saya masih SMP. Saat itu, ada seorang adik kelas saya saat SD yang tiba-tiba saja menjadikan saya panutan. Agak aneh sih, soalnya si adik kelas ini sebenernya lebih populer dan merupakan panutan kece untuk angkatannya, sementara saya… sutralah ya… tapi itulah yang terjadi, cewek beken  ini main ke rumah saya setiap pulang sekolah dan gak pulang-pulang. Ternyataaaa… dia mengintil saya karena memang ingin mengenal saya dan cari tahu, mengapa pacarnya dulu suka sama saya dan masih sering nyebut2 saya. Oke. Ini aneh, tapi lucu, sumprit. Jadi, saya pernah digosipkan berpacaran sama cowok ini ketika saya kelas 6 SD! Padahal kami nggak pacaran. Payahnya, si cowok ini nggak menolak gosip itu malah mengipasinya dan bilang, dia memang mau jadi pacar saya.

Duh! Saya sebel. Soalnya, kalau nggak pakai rame-rame gitu, sebenernya saya mau jadi pacarnya, anaknya ganteng kok… pinter lagi. Tapi karena berisik, saya males. Saya nggak suka kalau tiap saya berpapasan sama dia, semua anak langsung bilang, “cieeeee….”
Saat rame gitu, mantan pacar cowok ini, nyamperin saya dan bilang, “aku setuju kok kamu jalan sama dia, nggak pa-pa, kan aku juga udah putus”
Mati gue. Saya langsung nggak mau, nggak berminat dan males. Ah, coba gak rame & berisik gitu ya, mungkin kita malah jadian… lho?! 😆

Lalu, hubungan si dadar tuna dan adik kelas saya yang populer yang merupakan pacar dari mantan pacar-gosipan saya? Nggak ada. Saya cuma jadi ingat aja sama dia.

Akhirnya sih, dia berhenti main ke rumah saya setelah saya membuatkan dia dadar telor isi bengkuang untuk makan siang kami. Jadi, mamah saya kan kerja ya, periode itu kami tak punya pembantu. Si mamah kadang sempet masak, kadang nggak. Sementara saya, gampangan, meski nggak suka, dadar telur adalah masakan yang paling gampang yang bisa saya buat saat itu. Dan karena imajinasi saya luar biasa, saya memasukkan macam-macam sayur atau buah yang ada ke dalam dadar. Bawang putih, bawang merah, cabe rawit, cabe merah… semuanya pernah dan sukses. Hari itu, bengkuang dan nanas yang sedianya buat rujakan malah saya jadikan isi dadar. Hasilnya… saya lupa rasanya, kayanya sih nggak enak, tapi saya ingat, saya bilang ke cewek ini, “ini pura-puranya kita makan pizza rujak ya”
Besoknya, adik kelas ini berhenti main ke rumah saya. Mungkin dia sudah mendapat kesimpulan, saya agak sedeng.

Ah, sekarang sudah tengah malam… weekend, dan saya malah membahas telur dadar yang pura-pura jadi pizza.

Mungkin, cinta memang berawal dari perut… dan jika ingin mengakhiri hubungan; seperti pertemanan tak seimbang saya dengan adik kelas saya yang populer, mungkin juga harus melalui perut. Hidup dadar bengkuang.

Ps. Nasib dadar tuna saya sih, tetap jadi perkedel setengah hancur, meski bentuknya tak sesuai harapan, rasanya memenuhi harapan kok.

8 responses to “Kisah Cinta Si Dadar Tuna”

  1. muhahaha ‘dadar bengkuang’…. :mrgreen:

    1. Menurut aku, saat itu, dadar bengkuang sophisticated lho… hahahahaha

  2. Dadar bengkuang aku pikir kayak lumpia hahahaha

    1. Aaaah… iya ya… aku gak kepikir lho waktu itu, mungkin sekarang boleh diulang jadi lumpia ya… hihihi malah dpt ide gini…makasi Dhira.

  3. telurnya yang dipake putih telur aja kan? aku biasa bikin perkedel dan biasanya nggak pake kuning telor supaya adonan lebih rapet *sok pinter*

    1. Ooooh…aku pake semuanya… biasanya aku nambahin tepung tapioka biar kalis… besok2 putihnya aja deh, tapi trus kuningnya dipake apa? Dibuang? Kok eman-eman… *medit*

      1. Buat bikin kue aja 🙂 ato diceplok

        1. aku belum bisa bikin kue… beklah, nanti kita belajar 😀

Leave a Reply to ruthwijaya Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: