Waktu Pilpres tahun berapa sih itu, yang Wiranto menjadi salah satu kandidat Presiden dari Golkar… nah, pokoknya pas jaman itu deh… seorang teman, kantornya dapat project untuk ngerjain printilan kampanye pasangan tersebut. Otomatis, dia jadi dikasih bahan-bahan intelejen gitu untuk menyusun program kampanye. Dia sih bilang, yang dikasih tau ke dia nggak semua tapi itu pun cukup bikin dia ternganga-nganga, “ya aku tau sih, banyak sumber daya di Indonesia, tapi aku nggak tau kalau sebesar dan sebanyak itu! Gila! Pantes banyak orang mau jadi presiden / penguasa di negeri ini, harusnya rakyat Indonesia makmur banget nih”
Trus dia juga yang sewot banget waktu pas pemilu kita diketawain sama Malaysia, gara-gara hasil penghitungan pemilu yang lama sementara Malaysia bilang di negara mereka hasil pemilu 3 hari aja keluar hasilnya. Kata dia, “ya iya lama! Wong negara kita jauh lebih gede dari dia kok! Malaysia itu yang daerahnya susah dijangkau paling yang bagian Borneo aja, ya gampanglah ngumpulin hasil kampanyenya”.
Saya cuma bisa manthuk-manthuk aja. Iya juga sih… kita ini negaranya kegedean. Trus udah gitu, kondisi alamnya susah juga buat dibikin infrastrukturnya. Emh, susah bukan berarti gak bisa lah ya.
Ya gimana gak susah mau bangun jalan, wong gunungnya banyak, hutannya serem-serem begitu trus kondisi cuaca yang gak menentu… belum lagi pengelola negara yang mentingin kelompoknya sendiri makin memperparah keadaan susah itu.
Ya yang paling berperan sebenernya pengelola negara, ya ini sih menurut saya.
Makanya, saya suka sedih banget kalau liat negara lain yang pemerintahnya ngurusin negara banget. Membangun negara dengan baik, meski belum sempurna tapi adalah yang bisa dilihat bahwa pemerintahnya gawe. Nggak usah jauh-jauh deh… saya iri banget sama Thailand. Negara yang tahun 1997 juga abis-abisan karena krisis moneter. Bangkok yang macetnya nggak kalah gila dari Jakarta. Tapi sekarang jauh lebih mendingan. Punya MRT dan BTS. Bisa langsung bangun ke bawah tanan dan atas loh… dalam waktu yang sangat singkat. Itu bangun begituan dari hasil jualan sayur mayur dan pariwisata doang. Kita? Cari deh, sumber daya alam yang nggak ada di Indonesia. Masak yang jualan sayur bisa kaya yang jualan minyak & gas, kismin aja?! Harusnya kita bisa juga!
Kalau dengar soal pendidikan yang maju di India, saya miris banget. India gituh! Masa sih kita kalah sama India? Kata CEO di pabrik tempat saya bekerja dulu, semua lulusan universitas di India, bisa dengan mudah melanjutkan pendidikan di Ivy League Universities. Berarti, standarnya bagus dong yah! Biar kata buku pelajarannya model stensilan, dan bangku di universitas model meja kursi sekolah SD, trus ruang kelas kagak ada AC… yang penting mutunya ohe.
Kalau lihat film Invictus, saya iri banget Afrika Selatan punya seorang Nelson Mandela, negarawan yang benar-benar berjuang untuk negaranya, rakyatnya. Belum sempurna tapi dengan tulus bekerja. Ya gak tau ya, di film sama di kenyataan bedanya berapa banyak, yang jelas…di film itu kayanya Nelson Mandela itu ideal banget buat jadi pemimpin.
Rumput tetangga memang selalu lebih hijau. Ya benar. Negara lain jauh lebih bagus daripada negara sendiri. Tapi… dengan kondisi Indonesia saat ini, rasanya iri hati terhadap negara lain itu bukan tak beralasan. Nggak tau deh, mengarah ke mana negara ini. Umur negara sudah 67 tahun. Tapi kayanya makin merosot aja peradabannya. Oke, mall banyak… di Jakarta. Barang mewah juga bertebaran… gadget canggih banyak, informasi bebas! Tapi ya kualitas menungsa kita gitu-gitu aja… nggak ada perbaikan ya. Kita nggak menuju ke mana-mana. Masing-masing kita sibuk aja sendiri, cari duit sendiri… ya itu sih saya… nggak ada rasa peduli saya terhadap negara ini, apatis. Nggak ada rasa hormat terhadap pemimpin.
Pas mikir begini, saya sih kadang suka malu sendiri, ngapain coba saya ngomel-ngomel negara begini – negara begitu… pemerintah kacrut… saya sendiri, apa yang sudah saya lakukan sih buat negara ini? Trus kemudian saya bertekad untuk berkontribusi apaaa gitu buat negara. Tapi nanti ujung-ujungnya putus asa juga. Trus ya akhirnya saya melakukan kewajiban sebagai warga negara aja deh; bukan cuma sekedar membayar pajak ya… tapi lebih pada mentaati peraturan, menghormati pemerintahan, dan percaya pada pemerintahan…plus nggak nyusahin negara dengan korupsi *yaelah* etapi trus apatis lagi karena nggak ada perbaikan buat negara. Mbulet!
Segede apa sih Indonesia? Buat saya, mungkin segede rasa percaya saya terhadap negara ini.
Selamat ulang tahun Indonesia… semoga, masa-masa depresi-putus asa nggak jelas ini bisa segera kita lalui.
Leave a Reply