*ambil napas dulu, tante*
Suatu ketika, si Tini bermasalah sama Mardiyem, kemudian Tini curhat pada Pai Su Chen. Sebatas curhat saja. Kemudian ada Cap Siu Hok, yang modelan wannaaaa knowww ajah, sok-sok bersimpati pada Tini. Untungnya, Tini membatasi cerita hanya pada Pai Su Chen. Lalu ada cerita soal Cap Siu Hok dari Mardiyem, si Tini cerita dong sama Pai Su Chen, tapi lagi-lagi, sebatas cerita.
Kemudian, Cap Siu Hok salah paham dengan Pai Su Chen, Tini tidak ingin ikut campur, Tini hanya mendengar dari Pai Su Chen. Akhirnya keduanya berbaikan, lalu tiba-tiba, Cap Siu Hok, sibuk mengklarifikasi dirinya pada Tini, bahwa Mardiyem sudah salah paham pada dirinya, dan sebagainya, dan selanjutnya. Si Tini sempet menyesali Pai Su Chen yang mentang-mentang udah baikan sama Cap Siu Hok, trus menceritakan cerita Mardiyem ke dirinya. Tini juga tidak ingin ikut campur, karena memang hal itu bukan hal yang esensial untuk diributkan. Tapi Cap Siu Hok panik sekali akan pandangan orang terhadap dirinya, takut orang salah sangka padanya karena Mardiyem salah paham. Cap Siu Hok kemudian bersumpah untuk tidak akan meminta bantuan Mardiyem, di depan Tini. Entah memang sumpah palapa atau sumpah kelapa, tidak jelas. Saat itu, Tini agak kebingungan dengan polah tingkah Cap Siu Hok ini, maksudnya mau memihak Tini yang emang gak suka sama Mardiyem? Atau mau apa sih?
Kalau pun mau memihak, lhaaah… Tini sih nggak perlu diperpihakin, Tini memang tak suka pada Mardiyem, tapi ya sudah… nggak perlu bantuan orang untuk memusuhi Mardiyem. Tini, lebih dari mampu untuk membela dirinya sendiri; juga mampu banget untuk mengkepret Mardiyem jika diperlukan.
Tini juga merasa tak terlalu nyaman pada Cap Siu Hok karena banyak interaksi Cap Siu Hok yang dinilai Tini, tergolong dalam tindakan usaha-berat-biar-dibilang-baik. Cap Siu Hok tidak suka membicarakan orang. Cap Siu Hok selalu menginginkan aura positip di sekelilingnya. Cap Siu Hok, malaikat. Meski keder berteman dengan malaikat, Tini berusaha untuk menekan ketidaknyamanannya. Mungkin memang beneran ada manusia ras malaikat di muka bumi ini.
Waktu berlalu, ternyata apa yang disumpah-sumpahkan oleh Cap Siu Hok, dijilatnya kembali. Dia berlenje-lenje pada Mardiyem.
Jelaslah, si Tini langsung muntah-muntah. Bukan karena si Cap Siu Hok berteman dengan Mardiyem, bukan. Bukan karena Tini merasa dikhianati, bukan. apane sing dikhianati… Tapi Tini muak karena plintat-plintutnya si Cap Siu Hok, karena muka dua-nya… IH!
Si Tini malah merasa biasa saja sama Mardiyem, ya memang gak suka, bagusnya gak banyak berinteraksi jadi gak banyak gesekan. Sudah. Tapi si Tini jadi JIJIK banget sama Cap Siu Hok.
Trus, si Tini kasih tau Cap Siu Hok gak? Apa si Tini sebel sendiri? Ya jelas nggaklah… Tini udah males temenan, kalo males temenan ngapain ngingetin?! Kalau masih mau temenan, Tini akan berusaha mengingatkan dan membereskan permasalahan… tapi dalam kasus Cap Siu Hok?! Ish… bagus gak usah ketemu lagi. Orang bermuka dua macem begitu, sudah gak tertolong lagi… mau dingetin ampe bibir jontor, dipahami ampe hati sakit kuning juga gak bakal bisa. Jadi, Tini sebel sendiri? Ya iyalah… muntah-muntah aja sendiri, masak trus si Cap Siu Hok mau disantet?! Menurut ngana?! Ih, orang-orang macem begitu itu perlu juga di muka bumi ini… biar keliatan, mana yang beneran baik dan mana yang bermuka dua.
Dan… hidup terus berjalan. Dan… masih banyak Cap Siu Hok – Cap Siu Hok lain di dunia ini.
*siap-siap ember*
Leave a Reply