Setiap kali bercanda soal umur, kebanyakan orang yang saya kenal selalu bilang, “ah biar umurnya semakin tua, yang penting dalamnya selalu tujuh belas tahun” dalam yang mana yang tujuh belas tahun, saya pun kurang paham; lebih baik jangan ditanya deh.
Ada lagi yang selalu menganggap dirinya dua puluh lima tahun, meski usia sudah melewati dua puluh lima.
Sementara bagi saya yang awet tua ini, rasanya saya selalu dua puluh delapan tahun. Lho kok bisa awet tua?! Lha iya, wong ketika saya berusia dua puluh empat tahun, saya selalu disangka sudah berusia dua puluh delapan tahun. Tidak hanya satu orang lo yang salah, banyak banget yang menyangka saya lebih tua. Kasihan ya… mungkin beban hidup yang berat *halah* membuat saya nampak lebih tua.
Namun, ketika saya telah melebihi usia dua puluh delapan tahun, saya tetap disangka dua puluh delapan. Healaaaah…. Awet tua.
Mungkin karena banyak salah sangka ini, umur dua puluh delapan selalu istimewa; saya jadi merasa… saya selalu berusia segitu.
Lalu, apakah saat saya berusia segitu hidup saya sedang menyenangkan? Embuh, lali… 😆 mungkin saya harus menggali-gali blog ini untuk menemukan catatan saya mengenai hari-hari saya di usia itu. Tapi rasanya biasa aja deh.
Biarpun biasa saja dan hampir tak bisa saya ingat, rasanya usia dua puluh delapan istimewa. Sampai saat ini, saya suka keceplosan kalau ditanya berapa umurnya, selalu saya jawab, 28 tahun… 😛 hihihi… nggak sengaja book…
Trus, sebenarnya…berapa umur saya hari ini? Dua puluh delapan! Hahahaha…
Kalau kamu, umur berapa kamu hari ini?
Leave a Reply