Menjadi dewasa, kehilangan banyak hal tetapi juga mendapat banyak hal. Jika pernyataannya dibalik; mendapatkan banyak hal dan juga kehilangan banyak hal, maka itulah menjadi dewasa. Anda boleh setuju, boleh juga tidak.
Apalagi ukuran menjadi dewasa? Entah. Umur boleh makin bertambah. Keriput boleh makin nyata dan rambut juga berubah kelabu. Pun tak menjamin kedewasaan seseorang. Saya sudah tua sejak dulu, tapi tak pernah merasa dewasa. Saya memutuskan tetap tinggal dalam dunia kanak-kanak dan tidak pernah ingin menjadi dewasa. Mungkin Anda akan berkata, “ah, Peterpan pun juga begitu”.
Ya semua orang begitu menurut saya. Tak ada yang ingin menjadi dewasa. Saya katakan sekali lagi, tak ada orang yang ingin menjadi dewasa. Lagi-lagi, Anda boleh setuju, boleh juga tidak.
Dan saya sangat menyesalinya, ketika hidup membawa saya untuk menjadi dewasa. Yang menjadi korban kehilangan kali ini adalah hati. Ia dikoyakkan, dipatahkan, dan direnggut begitu saja. Ada bagian hati yang menghilang, membuat lubang menganga di sudutnya. Karena lubang itu, hati kemudian mengundang rindu untuk mengisinya.
Rindu datang memenuhi lubang hati. Beranak pinak dengan cepat sampai mendesak bagian hati yang lain. Hati bengkak karena rindu yang dengan semangatnya menari-nari.
Sungguh saya ingin kembali ke masa lalu ketika hati belum terkoyak, sebab tarian rindu ini sangat melelahkan.
Leave a Reply