Kalau Sukarno punya Sarinah sebagai pembantu kaporit, maka saya punya mbak Mur dan Yang Kasinem. Dua orang itu bekerja paling lama, dan lucunya paling bertolak belakang. Yang satu pinter banget, bahkan layak mendapat gelar pembuat jenang paling enak se-kabupaten Nganjuk… nah yang satu lagi… ya begitulah, sulit saya mengungkapkan termasuk golongan apa si mbak Mur ini 😆
Urusan pembantu, banyaklah pusingnya… si mamah tapinya… saya kan masih kicik, kurang memahami kesulitan hidup *tsaah* sebagai orang tua tunggal trus bekerja, urusan jaga anak (saya, maksudnya) memang sangat tergantung sama pembeti. Biarpun anaknya cuma sebiji, tapi capeknya ngurusin saya mungkin lebih rempong daripada dua anak; yaah… saya memang banyak maunya dan susah diatur sejak masih kicik.
Ada pembantu yang masa bekerjanya cuma setengah hari, katanya dia nangis dan langsung gak betah karena saya bentak. Yaoli! Masak segitu jaharanya kah saya? Gak inget sih saya, itu peristiwa saya masih kecil banget. Ada juga pembantu yang baru kerja pagi, malam ketika mamah pulang kerja dia langsung minta berhenti, setelah susah payah menanyai kenapa dia mau berhenti kerja, akhirnya diketahui bahwa si mbak ini takut kalau mamah saya marah gara-gara saya makan apel sekilo sendirian. Dia takut dikiranya dia yang makan karena mana mungkin anak sekecil saya bisa ngabisin apel sekilo dalam sekali makan. Yah…ternyata mungkin kalau anak kecilnya model saya. Gile ya, selain jahara ternyata rakus berat *buka aib*
Model pembantu kami juga adaaa aja yang ajaib. Salah satu yang pernah saya ceritain di twitter, namanya mbak Sum. Nama lengkapnya Sumiati Marwati Ati-ati… ya kaleeee… Saya sih gak tau nama lengkapnya, cuma mbak Sum. Si mbak ini secara fisik menyeramkan, hitam-gempal-nafasnya memburu dan nggak cantik. Yang makin bikin serem adalah latar belakangnya, si mbak Sum ini konon katanya pernah diculik genderuwo selama hampir 2 bulanan…apa 3 bulan ya? Lupa, pokoknya lama deh itungan bulan gitu. Orang tuanya sudah menyiapkan syukuran karena dianggap mbak Sum ini meninggal. Eeeh pas syukuran mau digelar, si mbak Sum ini ketemu, bok! Dia lagi nangkring di atas pohon beringin di salah satu kuburan yang terkenal angker. Setelah ketemu, perilaku mbak Sum pun berubah. Dia jadi lebih pemberani; jadi si mbak Sum ini waktu kecil suka digebukin sama mak tirinya, alhasil dia ini penakut, yang berubah 180 derajat setelah diculik genderuwo. Trus, yang bikin orang kampung dia makin serem, mbak Sum ini mengaku jadi anak angkat Kanjeng Ratu sang penguasa kuburan tempat dia ditemukan. Dengan latar belakang mistis nan medeni, kenapa dia dipekerjakan oleh si mamah jadi pembantu?! Ya karena kami perlu pembantu untuk menemani saya. Waktu itu sebenarnya masih ada Yang Kasinem juga sih, tapi dia cuma memasak dan pulang tengah hari, nah si mamah perlu mbak yang nemenin saya sepanjang hari, antar & jemput les, nemenin main… ya buat asisten belanja Yang Kasinem jugak. Si mamah baru tahu latar belakang si mbak Sum setelah dia kerja sama kami, makelar yang nganterin nggak cerita apa-apa.
Dalam ingatan saya, si mbak Sum ini baik. Nurut pula sama saya. Kalau saya suruh gendong saya sambil lari, dia mau. Saya suruh mijetin saya sampai saya tidur, dia juga senang hati melakukan. Saya pukul, dia nggak pernah marah. Saya nggak mau makan nasi, dia yang makan 😆 Si mbak Sum biarpun nggak cantik tapi pacarnya ganteng. Si pacar ini setiap pulang dari pekerjaannya sebagai penagih bank titil; itu looo bank kredit rakyat yang tagihannya setiap hari, dia selalu mampir ke rumah, membawakan kami es dawet. Saya menjulukinya Petruk bakul dawet. Petruk karena tinggi, bakul dawet karena tiap hari bawa dawet. Ya tau sih dia pegawe bank titil, tapi bawa dawet tiap hari!
Kelebihan lain si mbak Sum ini, dia kalau belanja atau beli-beli apapun selalu dapat bonus! Orang-orang di pasar itu semacam terhipnotis sama dia. Disuruh beli sayur pas pulang bawa sayur, buah dan jajanan pasar… gratis! Dia dikasih gitu aja sama orang pasar. Saya rasa mereka terhipnotis dengannya *tsah*
Yang bikin mbak Sum diberhentikan, suatu ketika mamah tahu saya sering diajak ke kuburan tempat dia menjadi putri penguasa ituh. Si mamah takut. Saya sih nggak ingat dan tidak merasa itu sesuatu yang menyeramkan, karena saya suka main sama mbak Sum. Saya suka diboncengin sepeda sama dia ke mana aja, ngebut nggak ada capeknya. Ya gitu aja, mbak Sum kemudian nggak kerja lagi sama kami. Meskipun begitu, mbak Sum masih sering nengokin saya, dia dateng sama Petruk sambil bawain saya dawet, beberapa kali dia bahkan menginap karena saya nggak mau ditinggal, kangen dipijitin! Saya lupa kenapa mbak Sum nggak datang lagi ke rumah. Ketika saya sudah agak besar, saya pernah sepedaan ke kampungnya, saya tahu karena dulu pernah diajak dia… saya tanya bapaknya, katanya mbak Sum ikut Petruk ke Surabaya.
Ajaib ya pembeti yang satu ini, mistis beneeer… tapi baik betul orangnya.
Selain mbak Sum yang ini, saya juga punya pembantu satu lagi namanya mbak Sum juga, tapi dipanggilnya Limbuk. Sebenernya, Limbuk bukan pembantu di rumah saya, tapi di rumah orang tua angkat saya. Dia dipanggil Limbuk karena badannya gendut, semacam Limbuk. Dia satu-satunya pembantu yang dapat kamar di rumah utama, tugas resminya: membersihkan rumah, masak, dan ngasih makan anjing. Tugas tidak resminya: nyuapin saya. Periode saya tinggal di rumah ini tuh sekitar umut 4 tahun deh… saya masih kecil, tiap hari minum obat karena bengek, nggak mau makan, kalau pun mau makan perlu 3 jam untuk menghabiskan sepiring nasi. Gimana Limbuk gak sebel sama saya?! Tugas dia banyak, itu rumah kan gede banget… ada banyak pembantu sih, tapi Limbuk ini yang utama jadi ya repot sana-sini. Ngasih makan anjing itu juga pe er, orang tua angkat saya punya beberapa anjing ras murni untuk menjaga gudang. Serem-serem anjingnya, segede anak sapi. Di mata saya yang masih kicik, itu anjing raksasa semua! Tapi anjing-anjing itu nurut sama Limbuk, karena dia tukang ngasih makan. Limbuk inilah yang bikin saya takut setengah mati sama anjing. Kalau saya susah makan, dia akan mengancam, “nonik, kalau susah makan kamu nanti kulempar ke kandang anjing lo ya, biar dimakan anjing” egilak! Serem aje… saya pernah lihat anjing-anjing itu makan, serem! Mereka memang dilatih untuk merobek mangsanya karena untuk anjing penjaga ya, jadi begitu daging dilempar…langsung disamber dengan loncat dan disobek sampai bunyi. Bayang pun, saya masih inget itu sampai sekarang.
Biar kata galak, Limbuk ini setia dan nurut aja kalau dikerjain sama kakak-kakak angkat saya. Saya sering diajak ngintip Limbuk tidur ngorok 😆 jangan salah, mereka tidak bermaksud melecehkan Limbuk, kami hanya mengintip sambil menunggu Limbuk menggigau, sebab igauan Limbuk ini spesial, dia akan menggonggong dan melolong seperti anjing dalam tidurnya. Yaah buat anak kecil, ini kan hiburan…
Limbuk ini juga selalu jadi obyek penderita, misal, saya sedang belajar mengikat tali sepatu sendiri, papi angkat saya memberi instruksi, “nik, jangan lupa itu lidahnya Limbuk ditarik sebelum ditali”, maksudnya lidah sepatu sampai sekarang, saya menyebut lidah sepatu itu lidah Limbuk. Balas dendam karena diancam mau dilempar ke kandang anjing 😀
Ketika saya pindah ke kampung dan mempunyai Yang Kasinem sebagai pembantu super, Limbuk masih bekerja di keluarga angkat saya. Setiap saya datang, dia selalu bilang, “masakan mbok Kasinem sama masakanku enakan masakanku kan, nik?” hahahaha kompetitip deh… dan saya yang pro Yang Kas selalu menyanggahnya, “nggak, enakan Yang Kas!”
Saya SMP atau SMA lah, lupa… Limbuk berhenti bekerja karena sakit-sakitan. Ternyata dia kena kanker dan meninggal karena penyakit itu 😦
Egilak! Panjang aje ni cerita… 😀 baru dua pembeti… Ah ya pegimana, mereka ini banyak menghabiskan waktu jagain saya yang masih kicik, ada banyak cerita yang saya kenang tentang mereka. Semoga, mereka juga mengenang saya sebagai anak kicik yang menyenangkan…. 😛
Gambar dari sini
Leave a Reply