Semacam buah kurma tapi yang ini rada asem dikit. Pret! Ini ngomongin buah kok gambarnya kembang? Ini cerita soal apa sih?
Soal Karma.
Banyak yang bilang, Karma is overrated; suka dilebih-lebihkan saja dan gak masuk akal. Kalau berbuat baik dapat balasan baik, sementara kalau dapat kesusahan berarti ya dulunya pernah nyusahin orang. Nggak enak banget tuduhannya
Saya sendiri percaya karma, apa yang keluar dari kita akan kembali ke kita. Hukum tabur tuai yang menurut iman saya memang ada. Dan sebagai orang yang mempercayai karma, ya saya bilang karma itu masuk akal.
Kalau kita berbuat baik, maka kebaikan akan datang menghampiri. Kalau kita berbuat jahat, maka kita juga akan mendapat balasan. Lha trus kalau kita nggak berbuat jahat trus tiba-tiba kita dijahatin orang? Kena musibah tanpa kita tahu penyebabnya? Suwek bener.
Saya jadi teringat satu cerita, kejadian ini dialami oleh pakde kawan saya. Si pakde ini adalah seorang perwira TNI AD, waktu itu si pakde ini mendapat tugas untuk menjadi petrus, memburu penjahat kambuhan untuk dikarungin saja. Waktu itu dia sedang bertugas di luar Jawa, sementara penugasan selalu di pulau Jawa. Sebagai prajurit yang harus nurut atasan plus memang sudah ada program cuci otak, si pakde ini beberapa kali mengeksekusi penjahat kambuhan di wilayah Jawa Timur. Salah satunya ada residivis yang dieksekusi di daerah sekitar Ngliyep – Malang. Cerita berhenti. Sampai beberapa tahun kemudian, si pakde ini ditugaskan kembali ke Jawa Timur dan mendapat pos di Malang. Suatu saat si pakde bepergian seorang diri dan mendapat kecelakaan di wilayah terpencil, si pakde ini tergeletak pingsan di rawa-rawa dan ditolong oleh seorang ibu dan anaknya, lalu dibawa ke rumah mereka untuk dibaringkan. Untungnya, pakde tidak mendapat luka yang cukup berarti, mobil yang ditumpanginya pun tak apa-apa. Sebagai sopan santun, si pakde mengucapkan terimakasih ke si ibu yang ternyata janda beranak 3, yang besar ya yang ikut nolong itu, sekitar usia 12 thn, sementara yang terkecil 5-6 tahunan. Cerita punya cerita, ternyata si ibu ini adalah janda dari residivis yang dieksekusi oleh si pakde di Ngliyep. Jeng jreeeeeng…. macem sinetron banget ya. Tentu saja si pakde merasa bersalah, tapi dia tidak mengatakan apa-apa kepada si ibu ini. Setelah kembali ke pos, pakde membiayai sekolah anak-anak si ibu, secara diam-diam. Kemudian tak lama mengambil pensiun dini dan memutuskan untuk berwiraswasta saja. Menurut kawan saya, hingga akhir hayatnya, si pakde ini agak sedikit terganggu emosinya.
Cerita ini tersimpan selama berpuluh-puluh tahun, dan baru terkuak menjelang kematian si pakde. Beliau memberitahu anak dan istrinya mengenai hal ini, entah apakah anak-anak si ibu yang menolongnya tahu atau tidak, teman saya tidak bercerita dan saya terlalu takjub mendengar kisah yang seperti novel ini. Setelah cerita ini dituturkan oleh si pakde, barulah keluarganya memahami kenapa ia mendadak minta non-aktif dan menjadi sedikit terganggu, ia membawa rasa bersalahnya sepanjang sisa hidup.
Apakah peristiwa ini karma? Aturan karma apa yang mengaturnya? Entahlah… Suami si ibu, terlepas dari dia bersalah atau tidak, dia telah dibunuh dan keluarganya mendapat kemalangan. Si pembunuh, terlepas dari dia sekedar menjalankan tugas atau tidak, dia tetaplah pembunuh yang di kemudian hari malah ditolong oleh orang yang mendapat efek karena pembunuhannya itu. Si ibu, yang tidak tahu apa-apa, yang telah menjalani hidup yang pahit karena suami yang dieksekusi karena merupakan residivis, tetap menjalani hidup dengan legowo dan mengkiuti arus sambil terus melakukan apa yang dianggapnya baik.
Ah, ajaib ya putaran hidup ini.
Lotus flower image from here
Leave a Reply