Batik oh Batik (bag. 3)

Lanjutan dari posting Batik oh Batik (bag. 2)

Perbedaan paling mendasar dari Batik dan cetak mesin adalah: pada Batik berlaku cetak terbalik, sementara di mesin ya cetak apa adanya. Eh, ini istilah saya sendiri ya, supaya lebih gampang mengartikannya saja.

Cetak terbalik itu gimana sih? Gini, salah satu ciri utama pada Batik adalah penggunaan lilin sebagai penghalang warna. Jadi kain sebelum dicelup ke dalam pewarna diberi lilin sesuai dengan motif yang diinginkan, tetapi negatifnya. Semisal, ada gambar bunga, kelopaknya mau berwarna putih (warna kain) sementara di luar kelopak mau berwarna coklat, nah bagian kelopaklah yang diberi lilin, sehingga ketika setelah dicelup warna lain, maka yang kena pewarna hanyalah bagian yang tidak ada lilinnya. Setelah proses pewarnaan selesai, lilin diluruhkan dengan cara dicuci di air panas. Lha kalau batiknya ada tiga warna semacam Batik Tiga Negeri gitu? Ya berkali-kali juga ngelilinnya, sesuai dengan warna yang diinginkan. Boleh dibilang, sebenarnya Batik bukanlah termasuk kategori kain cetak melainkan kain celup.

Pada Batik Tulis & Batik Cap, logikanya sama. Yang ingin diwarnai dibiarkan terekpos tanpa lilin.

Sementara itu, pada cetak mesin, ya warna langsung dicetak begitu saja, ada 3 warna ya langsung ada tiga cetakan warna.

Jadi, pada proses pembuatan batik, pembatik membayangkan hasil jadinya kemudian baru memundurkan prosesnya ke belakang untuk membuat motif.

Nah, untuk mengenali sebuah kain apakah termasuk Batik atau kain cetak mesin biasa, kita juga mesti merunut kain tersebut dengan logika yang sama, mundur ke belakang. Melihat suatu motif, kita bayangkan kira-kira bagaimana ini dibuatnya. Ah, emang bisa? Bisa, tapi harus jeli sekali memang.

Trik lainnya adalah dengan mengurutkan motif.  Seperti yang saya bilang kemarin, biasanya orang bilang kalau Batik Tulis / Cap itu punya cacat lilin yang tidak disengaja, yang mana hal ini dengan mudah dapat diikuti oleh mesin cetak. Nah, kalau cacat lilinnya itu disengaja lihat saja dan telusuri di kainnya, pasti akan terulang.

Masalahnya, cacat ini pun dipalsuin 😆 Sekarang banyak beredar di pasar kain cetak yang diberi lilin sehingga pas sudah jadi, itu adalah kain batik.

Berikut ini ada beberapa foto yang saya ambil di stand Balai Penelitian Batik Jogjakarta saat pameran Adiwastra kemarin. Lihat aja deh gambarnya, pasti kebayang apa yang saya certitain di atas, soal proses yang mundur.

Ini adalah contoh-contoh kombinasi cetak mesin dengan pemberian lilin.

 

Kurang lebihnya begitu deh… gak nolongjuga ya menentukan itu Batik apa cetak biasa? Ah…nolong aaah… biar dikit juga… 😆

Oh iya, satu lagi tips, Batik Tulis/Cap, tidak mungkin terbuat dari kain poliester soalnya lilin gak bisa nempel di poliester.

 

Advertisement

7 responses to “Batik oh Batik (bag. 3)”

  1. *membayangkan proses yg rumit*

    dan saya udah yakin kalo gini,
    sampeyan pasti kurator batik 😐

    1. wah, kurator ketinggian; saya ini buruh pabrik tekstil yg gemes aja sama penjual Batik yg nakalan, mbujuki yg beli…

  2. koq tambah binun ya mbak…
    setauku kalo batik tulis pasti mihil lah… ^_^, jadi kalo yang murah2 pasti cap (analisisku yang ga jelas saat beli batik)

    1. hihihi… aku pun bingung 😀
      nah itu masalahnya, kadang org suka asa mahalin trus ngaku2 batik tulis… ini masih ada 1 bagian lagi sih… ntar deh klo udah senggang aku tulis lagi

  3. lho mana ini bagian keempatnya kok belom nongol??

    1. aaaaaa….. nunggu wangsit 😛 ntar pasti ada, tapi ya gitu…ntar

  4. […] Batik Oh Batik (bag. 3) Share this:FacebookTwitterLike this:LikeBe the first to like this. […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: