Dari dulu sampai sekarang, rasanya saya tidak pernah menolak untuk dijodohin. Baik ketika saya masih ABG, sampai sekarang. Hayuk ajalah kalau ada yang mau ngejodohin…
Suatu ketika, keluarga saya sibuk menyuruh saya pulang, untuk menjalani sebuah proses perjodohan. Sek…sek... biar kata saya nggak pernah nolak kalau dijodohin, tapi mesti tau dulu dong detail mengenai perjodohan indang. Siapakah gerangan laki-laki yang beruntung itu? Eh, lha detilnya malah disembunyikan, berita yang saya terima hanyalah: laki-laki bujang usia empatpuluhan pns berpangkat agama kristen titik. Macem telegram aja, irit kata.Saya menunda-nunda terus kepulangan saya sampai saya mendapat informasi yang saya inginkan dan berharap bahwa perkenalan ini bisa berlangsung wajar. Jika kami cocok, saya tak keberatan untuk melanjutkan *ya iyalah* tapi kalau tidak, ya jangan ada yang merasa sakit hati.
Tapi keluarga saya memang gak kalah tambengnya dengan saya, saudara sepupu dan bude saya sibuk menyuruh pulang, bahkan si mamah yang sebenarnya sudah pasrah jadi ikutan juga ngojok-ngojoki. Saya diultimatum, saya harus segera pulang pada hari-h, kalau tak dapat cuti, bolos aja hari itu… harus hari itu pulang ke Surabaya. Makin dipaksa, saya makin ogah, apalagi kok rasanya perjodohan ini seperti dipaksakan harus jadi. Beban berat ma meeeen…. Saya menolak pulang. Saya berpikir, ya sebaiknya cowok saja yang mengawali… kok saya yang harus pulang sih? Pokonya rebek aja.
Akhirnya udah deh, gak jadi. Hilang begitu saja, sampai saya mudik Natal. Barulah terkuak cerita yang sebenarnya. Ternyata eh ternyata, saya disuruh pulang pada hari-h jam-j *kayak film G30S ajah* itu karena hari itu ada kawinan salah seorang sepupu dari laki-laki yang hendak diperkenalkan ke saya. Pada acara itu, akan dibuat cerita, saya tidak sengaja bertemu dirinya. Kalau si laki-laki tertarik maka dia akan kenalan, kalau tidak ya sutra… rupanya, tidak hanya saya yang akan dipertontonkan hari itu, ada beberapa perempuan lain. Nanti si laki-laki ini akan memilih. Kata bude saya, si laki-laki ini pasarannya tinggi sebab dia sudah memiliki kedudukan mantab di pemkot Surabaya.
Untung saya nggak pulang. Untung saya keras kelapa. Lha kok enak, saya yang jauh-jauh pulang, cuma jadi salah satu kandidat aja. Cih, macam Ande-Ande Lumut aja…mesti disamperin para Klething. Ya situ dong yang laki-laki yang usaha…
Eeee tapiiii…. kalau laki-lakinya yang ini….
atau yang ini…
Cangcut tali wanda, budhal sa’cepet-cepete!! Hayoh! KAWINI AKU, MAS! KAWINI AKU!!
Leave a Reply