Saat Natal kemarin, saya membaca status update status seorang kawan lama yang sedang sibuk mencari seorang artis untuk menjadi bintang tamu di acara kebaktian Natal. Artis penyanyi, bintang sinetron, bintang film, pokonya yang terkenal supaya kebaktian Natal makin meriah dan diharapkan si artis tidak memasang tarif tinggi untuk menghadiri kebaktian tersebut.
Kenapa sih mesti ngoyo harus ada artis yang datang?
Beberapa tahun yang lalu, seorang kawan, menawarkan tiket untuk menghadiri acara kebaktian, tiket yang dijual sekitar 75 ribu, dengan pembagian 50 rb untuk membayar Joy Tobing yang waktu itu belum menjadi pemenang Indonesian Idol dan 25 rb sisanya untuk pembangunan gereja. Saya agak bingung, kenapa Joy Tobing dibayar lebih mahal? Kawan saya menjawab, ya memang tarif dia mahal, biasanya gereja dia kalau bikin acara penggalangan dana dan yang mengisi acara orang-orang gereja, mereka hanya menjual tiket sebesar 25 rb saja. Otomatis saya protes, kenapa gak orang-orang gereja lokal aja yang menyanyi? Tiket dinaikkan 50rb jadi dana cepat terkumpul? Menurut kawan saya, ya biar rame yang datang karena ada Joy Tobing, meskipun belum tentu semua tiket terjual dan panitia mesti nombokin tarif si artis rohani, karena waktu itu baru punya album lagu-lagu rohani, ya panitia rela…Oh. Gile ye…
Sama hal-nya, ada rumor beberapa pendeta meminta tarif khusus jika diundang berkhotbah.
Ah, afak-afakan ini? Segitu perlunya kan kita membuat orang tertarik datang ke gereja, sehingga gereja harus mengeluarkan dana besar untuk mengundang artis, pendeta terkenal? Cih, nggak segitunya kali.
Saya bisa memahami kalau ada uang saku untuk mereka, kan datang juga perlu ongkos ya bok… mereka juga perlu makan, biar pendeta juga gak tiap hari dikirimin manna dari surga. Saya sama sekali gak berkeberatan kalau jemaat urunan untuk pak pendeta / artis yang datang, menggantikan ongkos jalan mereka, tapi kalau pasang tarif? Ih, ra patheken.
Entah saya yang kuno atau memang tidak religius jadi tidak bisa memahami konsep kebaktian jaman sekarang. Ketika orang berbondong-bondong datang ke gereja karena ada artis yang datang ke gereja mereka, bangga karena si artis ternyata orang kristen. Cui… mereka juga menungsa cui… Lha kalo mereka kristen juga emangnya kenapa? Gak nambah surga jadi lebih luas juga kaleee… Tapi nampaknya, kebaktian hits kalau memang ada artisnya.
Pendeta besar, berkuasa… artis dengan gemerlap dunia namun tetap mau datang ke gereja, rupanya memang memukau. Dalam kebaktian, mereka akan memberikan kesaksian dan semua umat akan bersorak untuk memuliakan nama Tuhan.
Tunggu… tunggu….
Betul memuliakan nama Tuhan atau menyoraki yang memberi kesaksian? Kemudian lalu mengidolakan mereka? Jika ada mereka maka akan datang kebaktian? Kalau tak ada bintang tamu maka gereja sepi lagi?
Ah Tuhan, maafkan saya… saya terlalu curiga pada orang yang terlalu indah kata-katanya, jika memang dari hati mereka, mereka memuliakan namaMu, ya baiklah saya akan menekan protes saya demi kemuliaan namaMu… tapi kenapa mereka pasang tarif?
Selamat hari minggu, semoga gak perlu iming-iming ada bintang tamu untuk datang ke gereja hari ini.
PS. Saya sendiri orang kristen dan ini bukan untuk menjelek-jelekan kekristenan, tapi akuilah, ada banyak hal yang memang perlu dibenahi dalam konsep beribadah kita. Stop mengidolakan dan mengelu-elukan artis rohani, kebaktian nggak ada mereka juga teteup jalan cyiiin…
P.S.S. Setelah dipikir-pikir setelah saya gak terlalu sebel *apa sih* kalau misalnya Keanu Reeves jadi bintang tamu natalan/kebaktian di desa Goklingo apa iya saya gak mau bela-belain pulang kampung? Ha? Eh tapi Keanu tarifnya berapa ya kalo jadi bintang tamu gitu?
Leave a Reply