Awalnya, sekitar 13 tahun yang lalu pas saya masih duduk di bangku kuliah. Dia kawan yang sekedar melewatkan waktu di kampus kami sebelum nantinya akan mencoba ujian masuk di kampus idaman.
Mula-mula saya tidak menaruh perhatian besar, dia cuma menarik dan baik, karena itu kami bisa dekat. Saya tidak canggung berada di dekatnya dan saya rasa dia pun nyaman berdekatan dengan cewek yang gak naksir 😀 karma orang ganteng, sepertinya semua cewek di kelas termenye-menye olehnya 😆
Hingga suatu pagi, kombinasi jam kuliah pagi, perasaan melow, trus salah satu kawan yang, maaf ya, jueeelek banget trus nyebelin, membuat saya melihat kecengan sepanjang masa ini jadi bersinar-sinar gantengnya.
Saya langsung deg-degan dan naksir.
Setelah selesai kuliah, saya langsung mengumumkan kepada kawan-kawan terdekat saya di kelas, saya naksir si kasep, tentu saat itu dirinya tak bersama kami, dia terlalu sibuk untuk nongkrong bersama kami. Yang mengejutkan adalah reaksi kawan-kawan saya yang semuanya hanya berkata, “ya kami tau kamu naksir dia, keliatan kok”
Ha? Saya kan baru naksir tadi pagi, dan selepas kuliah, saya langsung memberi tahu kabar baik itu, akhirnya ada juga cowok sekelas yang bikin saya naksir 😆
Tapi ternyata menurut mereka, saya sudah kelihatan naksir sejak lama. Ya sudahlah ya, gak usah diperpanjang, saya biarkan anggapan itu, yang penting saya naksir.
Saya kemudian menjadi fans nomer satu, heboh sendiri dan deg-degan setengah hidup setiap kali bertemu dengan si kasep ini. Rese & norak dah. Tapi itulah kenikmatan naksir, deg-degan, heboh dan senyum-senyum sendiri.
Meski naksir setengah mampus, entah kenapa saya tidak ingin menjadi pacarnya, saya hanya suka perasaan naksir itu. Saya takut kalau kemudian, misalnyaaaaa kesampaian jadi pacar si kasep, perasaan menyenangkan itu akan berubah dengan rasa cemburu yang tidak menyenangkan.
Balik ke si kasep. Kami kemudian jarang bertemu. Dia sibuk dengan rencananya dan saya sibuk mencari cinta. Namun hidup mempertemukan saya dengan jejaknya beberapa kali, dan itu menyenangkan. Secara berkala, entah bagaimana ceritanya, saya selalu ‘berpapasan’ dengan si kasep. Mendebarkan, bahkan suatu waktu saya pernah hampir pingsan di kantor karena deg-degan dan terkejut saat si kasep menelpon saya.
Sampai saat ini, saya masih merasakan euforia norak yang sama seperti 13 tahun yang lalu setiap kali mengingat si kasep atau membaca berita tentangnya atauuu… (ini yang parah) saat saya ‘memata-matai’ wall dia di facebook 😆 untungnya, itu terjadi tidak terlalu sering, kasian jantung saya jika begitu.
Saya sangat berharap, saya akan selalu merasa seperti ini kepadanya, naksir deg-degan dan bisa bikin senyum-senyum sendiri. Meskipun ini mungkin hanyalah ilusi soal cinta.
Tapi saya pikir, ilusi tentang cinta jauh lebih menyenangkan daripada cinta itu sendiri. Ilusi, membuat cinta akan selalu mendebarkan, tampan, muda, berapi-api, bergejolak; meskipun 13 tahun telah berlalu. Sementara cinta, setelah 13 tahun, akan berakhir di sofa bersama sepiring nasi padang dan film serial tv, salahkan manusia laut!
Ah!
Mungkin ada cinta yang memang selalu akan membara, dan cinta yang berakhir di sofa bersama sepiring nasi padang serta film serial tv adalah bukan cinta. Siapa yang tau? Ada banyak jenis cinta di dunia ini sebanyak penduduknya *halah banget gak sih*.
Sudahlah. Ini cuma ocehan tak penting akibat mabuk rendang & dendeng batokok selama akhir pekan kemarin 😆
Selamat mengawali minggu ini, semoga ada sekelebat berita mengenai kecengan sepanjang masa :p *isssh…ngarep*

Bonus Posting:-
Leave a Reply