Duapuluhempat: Dewi Periuk Nasi

Aku selalu percaya, bahwa makanan itu sakral. Makanan masuk ke tubuh kita, dengan sadar kita mengunyahnya, mengaktifkan ribuan saraf, mengenali tiap rasa, dengan sadar. Dengan tak sadar, mensarikan makanan, meresapnya dan menjadikannya kekuatan. Makanan, sadar dan tak sadar, ialah yang membentuk manusia.

Makanan, adalah doa manusia untuk tubuhnya, penghargaan tertinggi untuk kehidupan yang harus dijalani dengan baik.

Menurut Zara, aku ini berlebihan. Ya biar saja. Kalau tidak lebih, ya aku tidak bisa berbagi. Aku tidak hendak menyangkal bahwa aku memuja makanan.

Makanan jua yang menjadi kawan terbaik. Kalian pasti membayangkan aku gendut, segendut gajah. Kalian salah. Aku biasa, badanku memang tidak kurus, tapi juga tidak gendut. Aku suka makan, karenanya aku mengenali semua makanan yang kumakan. Aku dan makanan berteman baik, dan makanan tidak pernah mengecewakanku. Aku secukupnya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: