Desi Anwar: Apakah anda bahagia?
Dalai Lama: Kita lihat saja nanti ketika teknologi mampu menghasilkan alat yang dapat mengukurnya.
(kurang lebihnya begitu yang saya ingat dari wawancara Dalai Lama dengan Desi Anwar di acara Face2Face – Metro TV)
Ah ya…
Tentunya, sepotong percakapan itu sangat berkesan bagi saya, yang ‘sibuk’ sekali mencari kebahagiaan.
Apakah ukuran kebahagiaan?
Berbulan yang lalu, ketika memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tetap dan memutuskan untuk menjadi pekerja mandiri, apapun yang terjadi, saya merasakan ‘ledakan’ kebahagiaan dalam hati, ya saya merasa bahagia, karena saya mulai meraih mimpi saya, untuk menjadi pekerja mandiri. Saya bahagia sekaligus cemas.
Mundur bertahun yang lalu, ketika saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saya yang sebelumnya dan memulai kerja baru, saya juga bahagia. Saya menemukan pekerjaan baru yang lebih sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan saya. Saya bahagia sekaligus gugup.
Sekarang, ketika semua rencana saya tidak berjalan dengan semestinya dan saya banyak menghadapi kebuntuan dengan usaha saya, seorang teman bertanya, “kamu gimana sekarang?”
Dengan spontan saya menjawab, “baik! Aku bahagia dengan apa yang aku kerjakan sekarang. Ya, memang berat, agak tertekan dengan kekhawatiran, tapi aku bahagia”
Agak lucu memang. Bagaimana bisa, kebahagiaan bercampur dengan cemas, dengan kegugupan bahkan kekhawatiran. Entahlah. Apakah saya yang telah salah mendefinisikan kebahagiaan atau saya yang tidak peka dengan kebahagiaan atau bahkan, saya sedang menutupi ketidakbahagiaan. Siapa yang tahu? Saya tidak. Saya hanya merasa seperti itu.
Benarlah, lebih mudah jika ada alat yang dapat mengukurnya. Saya jadi tidak sibuk menerka soal bahagia atau tidak.
Namun, yang jelas saya percaya,bahagia akan selalu ada ketika saya masih bernafas, masih dapat merasa dan menuliskan rasa.
Bahagia, selalu ada bersama hidup.
Mari, tetap berbahagia.
*posting gaaak penting lagiiii….*
bonus track: selalu mencari kebahagiaan
Leave a Reply