Memang cemenlah… soal mencari kebahagiaan ini. Tapi serius nih, satu-satunya yang menjadi cita-cita saya (sekarang) adalah hidup bahagia. Dulu, jaman SD sih pernah pengen jadi insinyur pertanian… tapi ya… paling bertahan cuma seminggu, setelah itu, udah ganti cita-cita lagi
Hmm… apa ya… semenit yang lalu masih kenceng nih, mau cerita apa, sekarang udah ilang lagi… hahahaha… inilah, problem saya kenapa jarang nge-blog sekarang, suka ilang tiba-tiba, mau ngomong apa.
Oh, gini… sudah beberapa bulan ini kan, saya memutuskan jadi pekerja mandiri (mau bilang wiraswasta kok sepertinya terlalu tinggi gituh :mrgreen:). Dan selama itu, ada banyak hal yang di luar rencana yang meluluhkan semangat saya *haiiiyaah*.
Bahkan, seringkali saya berpikir untuk kembali bekerja kantoran, jadi anak buah pak/bu bos lagi, makan hati lagi, ngomel di blog lagi… dan tanpa pusing, tiap bulan dapat gaji…namun kemudian, saya teringat, kenapa saya keluar dari pekerjaan saya yang terakhir. Pada saat itu, saya baik-baik saja, tidak sedang bermasalah dengan bos, ataupun manajemen, saya ingin mengerjakan apa yang saya yakini saat itu (dan sampai sekarang pun masih). Saat itu semangat saya membara, tekad saya bulat dan yakin seyakin-yakinnya, bahwa memang berhenti kerja, berusaha sendiri… adalah jalan saya.
Kemudian, satu persatu hal-hal yang sudah saya perhitungkan tidak terjadi demikian, nyatanya terjadi demikian. Berpindah ke plan B, rupanya… harus pindah lagi ke plan C, lalu plan C berubah jadi plan D… dan nampaknya harus pindah lagi ke plan E… terus begitu… ini adalah hal yang tidak termasuk dalam plan manapun.
Dan sekarang, ketika menuliskan hal ini lagi, merenungkan semua keputusan yang pernah saya ambil dan mungkin salah (tapi salah dan benar kan tergantung kunci jawaban yeee…) saya terbelah antara menikmati kebahagiaan; ketenangan yang saya nikmati sekarang… dan mengakui dengan besar hati bahwa saya telah melakukan kesalahan.
Nah, lagi-lagi.. soal kesalahan itu, tolok ukurnya apa sih? Dan jika saya tetap mendapatkan kebahagian, ketenangan dari kesalahan yang saya buat, apakah itu masih bisa disebut salah?
Sumprit, cemen gak penting deh…Tapi emang blog gw ye… suka-suka gw getooh…
Satu-satunya yang saya yakin saya inginkan adalah bahagia. Taburi saya dengan bubuk bahagia, saya menjadi tidak peduli dengan ratusan pertanyaan hidup yang tidak pernah terjawab. Buat saya overdosis dengan pil bahagia, saya yakin, saya mati dengan senyum, dan akan berkata¸”saya tidak menyesali hidup saya sedikit pun”, pada malaikat maut yang menjemput saya.
Lha, soal bahagia ini, ukurannya apa?
Entah. Siapa yang bisa mengukur bahagia. Apakah saya seratus persen bahagia, atau sebenarnya tidak bahagia sama sekali namun sedang menyangkal hal itu, saya pun tidak tahu.
Nah kan, gak penting?
Jika bahagia itu bisa diartikan dengan menikmati setiap helaan napas saya, menyadari bahwa saya hidup (senang, susah, optimis sekaligus khawatir) dan menjalaninya seperti yang saya yakini, maka… saya pikir sekarang saya sedang berbahagia.
Tapi, ya sudahlah… kebahagiaan saya nggak penting, nggak bisa merubah dunia *halah*
Eh, tapi ya… sumprit nih… saya nggak (atau belum?!) pengen menaklukan dunia loh… nggak pengen membuktikan apa-apa… hidup saya, yg belum jelas buat apa… beneran buat saya… *waktunya tidur, mulai ngelantur*.
Gitu deh.
Leave a Reply