Tahun 2009 baru berjalan selama beberapa hari… tapi beberapa hari aja… udah banyak yang ’ngganggu’…
Hadeeeuh… bukannya aku terlalu sensitip atau over reaction yak *halaaah… opo siiih* tapi emang loh, kalo kalian lihat, dengar dan rasakan sendiri *tsaaah* pasti juga merasa terganggu.
Dan daftar gangguan ini jika ditumpahkan dalam tulisan, rupanya sangat panjaaaaaaang…. Gile, aku hobi banget menyampah yak?! Tapi ya sutralaaah… ini pan blog aku, penting gak penting aku menyampah, ya suka-suka aku kaaan…. Ini bener-bener hanya menyampah yaaa…
Mengganggu pertama dan keprihatinanku untuk warga sipil di Palestina dan Israel.
Serangan Israel. Kekacauan di Jalur Gaza. Well, aku memang bukan pengamat politik dan aktivis yang ngerti banget soal beginian, mau ikutan teriak-teriak soal hak
Palestina, kepentingan Israel… malah bikin rusuh suasana aja. Tapi masalah ini mengganggu. Selain mengusik rasa kemanusiaan, juga reaksi orang-orang Indonesia tercinta ini ikut bikin mulutku gatel kalo gak komen.
Perang, atas nama apapun itu, pasti selalu akan merugikan warga sipil.
Anak-anak yang harusnya hidup damai, bertumbuh dalam ketenangan, belajar mengenal hidup dalam kedamaian mesti harus berinteraksi dengan teror dan ketakutan. Sangat memprihatinkan.
Aku setuju jika kita harus memperjuangkan hak warga sipil; kalo militer, pemimpin politik, pemimpin negara mau perang… mending ke padang pasir, saling bunuh disana, satu lawan satu, jangan libatkan warga sipil. Kayak perang jaman dulu, ketika perang, saling membunuh masih bisa saling menatap mata.
Tapi aku nggak setuju, kalau nggak ngerti apa-apa lalu ikut-ikutan ngomongin soal Israel & Palestina *kayak aku gini :p *.
Ini bukan perang agama, menurutku. Ini soal kedaulatan wilayah, soal perpolitikan, soal ego. Aku baru kelar membaca buku Mau’idhah Cinta di Palestina, klo bahasa Inggrisnya Blood Brothers, autobiografi (atau otobiografi yak?) Ellias Chacour. Buku yang menceritakan masa kecil dan perjuangan Elias Chacour ini sangat menyentuh, dan membuat aku merenung cukup dalam mengenai hubungan Palestina dan Israel. Okay, perenungan mendalamku ini memang gak penting, tapi yang penting, pernahkan kita (terutama yang teriak-teriak soal agama dalam perang Israel – Palestina) berpikir bahwa, di Israel sendiri, golongan Yahudi yang warga sipil itu sendiri mereka juga tidak setuju atas penyerangan Palestina? Ada golongan mereka yang sebenarnya juga beragama sama dengan saudara mereka di Palestina? Dan yang di Palestina, yang tertindas oleh Zionis Israel, pernahkah kita berpikir bahwa di antara mereka ada juga yang beragama sama dengan saudara mereka di dunia barat dan sebagian lagi sama dengan saudara Yahudi mereka? Bahwa sebelum Zionis Israel ‘pulang’ dari Eropa, kaum Palestina dan Yahudi hidup rukun?
Aku benci agama, jika ia digunakan untuk mengkotak-kotakan manusia dan dijadikan alasan untuk menghakimi, biarlah agama itu menjadi penuntun kepada Yang Maha Kuasa tanpa campur tangan manusia, soal dosa dan tidak, bukankah itu wewenang Tuhan?
Hmm… pernahkah kita berpikir, bahwa serangan Israel ini adalah kendaraan politik para penguasa Israel sekarang? Yang mana, Israel sendiri kan mau pemilu, naaah.
Dan komentar para pemimpin dunia yang lain, yang juga merupakan alat promosi para pemimpin itu sendiri untuk mendapatkan simpati? Hooo…. aku bukannya sinis sama para pemimpin dunia itu, tapi aku tidak percaya pada politiknya. Sebagai manusia, sebagai pribadi, aku yakin mereka juga terusik hati nuraninya melihat anak-anak yang menjadi korban, tapi kewajiban pada kemenangan partai (?) bisa saja membuat mereka mengabaikan hal itu.
Mendengar, membaca dan menyaksikan serangan Israel ke Palestina dan (katanya) serangan balik Hamas ke (katanya) wilayah Israel ini, membuat aku teringat pada perang Baratayudha. Pandawa vs Kurawa, perjuangan memperebutkan wilayah kerajaan Pandawa yang dulu dipertaruhkan di meja judi. ’Baik’ vs ’Jahat’. Resi Bisma, sebagai sesepuh Pandawa dan Kurawa, adalah orang baik, diceritakan ia orang sangat bijaksana dan membela Pandawa namun ia berperang habis-habisan di pihak Kurawa meski ia tahu, Kurawalah pihak yang salah dalam hal ini, meski Pandawa juga turut andil dalam hal ini, lihat… salah dan benar itu sendiri juga abu-abu. Namun Pandawa tidak mempersalahkan Resi Bisma, mereka tetap meminta restunya dan Resi Bisma tidak berubah menjadi orang yang jahat karena berperang di pihak Kurawa. Ia terikat kewajiban, kewajiban mengabdi pada tanah airnya. Sama seperti Dorna, siapa bilang ia sangat menginginkan Padawa jatuh? Tidak, ia adalah guru Pandawa dan Kurawa, Pandawa sangat menghormati Dorna karena hal itu. Dorna juga bangga pada Pandawa, karena ia-lah yang mengajarkan kebijaksanaan; ilmu hidup pada mereka. Tapi Dorna terikat juga pada kewajiban mengabdi pada Kurawa, ia hidup bergantung pada Kurawa. Karna, saudara se-ibu Pandawa, seorang ksatria yang terikat janji. Ksatria yang berperang pada pihak yang ’jahat’. Lihatlah kata-kata yang bertolak belakang ini, ksatria (pahlawan) perwakilan yang baik tapi berperang di pihak yang ’jahat’. Dan Kresna, ia berperang di pihak Pandawa, menjadi kusir Arjuna di padang Kurusetra, tapi ia mengirimkan pasukannya untuk berperang di pihak Kurawa. Lihat? Betapa membingungkannya hubungan perang ini? Kait mengait. Saling silang. Baik dan Jahat, entah mana yang baik dan mana yang jahat jadinya. Perang selalu membingungkan, selalu ada banyak ’pernik-pernik’nya… tidakah kita manusia modern bisa belajar dari kitab kuno ini? Perang, selalu membingungkan, mengapa harus dimulai? Mengapa harus makin diperbesar? Mengapa baranya tidak kita redam namun malah kita kipasi?
Yang paling penting dipelajari adalah, setidaknya, ksatria-ksatria Pandawa dan Kurawa, sangat mempertimbangkan kesejahteraan rakyat sipil mereka. Menurut mereka, apa gunanya mengorbankan rakyat dalam perang habis-habisan ini, jika seusai perang dan kemenangan di tangan, tidak ada lagi rakyat sipil yang bisa diperintah, dipimpin dan disejahterakan? Lalu untuk apa mereka berjuang dan berperang, jika kemenangan menghasilkan raja tanpa rakyat?
Ini sangat mengganggu karena aku juga tidak tahu solusinya. Aku hanya bisa berpikir merenung, berdoa (jika Ia masih mendengar doaku, sebab aku telah menyelinap dalam selimutnya dan bercinta dengan semesta – cuplikan dari The Patchwork ), juga mengupayakan apa yang bisa aku kontribusikan untuk membantu warga sipil yang menjadi korban.
Mengganggu kedua adalah suasana kampanye menjelang pemilu.
Promosi Caleg dimana-mana. Aku bagai melihat lakon ketoprak sedang dipentaskan di negeri ini. Hadeeeeuh…. berlomba-lomba menebar janji, menebar madu… Maaf bapak dan ibu Caleg yang kebetulan mampir ke blog gak penting ini, bukannya aku mengejek kalian semua, aku yakin kalian juga sedang berjuang, tapi cara berpromosi itu ngganggu banget, nggak di bawah jembatan layang, nggak di pohon, pokonya ada area kosong dikit… langsung aja tempel… asal nempelin brosur/pamflet promosi jadinya malah nggak indah, foto manis dengan make up & gaya kebapakan / keibuan / terpelajar… hadeeeuh… seperti pementasan sandiwara jadinya.
Aku tahu ini topik yang sangat sensitif. Aku sama sekali tidak bermaksud menjatuhkan / menyerang. Kata ’mengganggu’ aku gunakan karena ini berseliweran di otakku tanpa aku bisa berhenti memikirkannya, mencari jawaban dan solusinya, halaah… sederhananya, aku memang mbulet :p hahahahaah
Mengganggu ketiga, masih soal kampanye menjelang pemilu & pilpres.
Iklan di radio K-lite FM. Iklan ini berisi percakapan, antara dua orang yang kurang lebihnya menginformasikan bahwa, bbm turun dua kali dalam satu bulan, dan ini merupakan kemajuan luar biasa karena biasanya bbm cuma bisa naik. Bbm bisa turun dua kali dalam sebulan karena prestasi luar biasa presiden kita yang sekarang, makanya pemilu presiden nanti pilih saja beliau. Hadeeeeuh…. punteeeen pisan ya pak, punteeen pisan….. iklan ini mengganggu juga menurut aku. Nggak ada kamsud makar atau mendiskreditkan siapapun dalam hal ini, aku cuma ingin menyampah saja. Kenapa iklan ini mengganggu? Yaaa iyalaaah ngganggu, kan prestasi luar biasa itu seharusnya masuk kategori kewajiban yang memang harus dilaksanakan pemimpin negara sebagai pengemban amanah rakyat, bukan masuk dalam kategori sesuatu yang dilakukan di luar kewajiban, bukan tindakan ekstra. Mengerti kan kamsudku? Oh, jelas aku sangat menghargai atas kewajiban yang dilaksanakan dengan sangat baik ini, tapi menurutku ini tidak bisa digunakan sebagai kendaraan politik. Apa? Strategi marketing? Oh ya, aku juga budak marketing, yang selalu berpikir apa aja sih yang bisa dijadikan selling point suatu produk? Yeaah… apapun itu kalau bisa meningkatkan nilai jual suatu merek, akan kulakukan juga. Tapi, kalau aku jadi biro iklannya, aku tidak akan memilih subyek ini sebagai materi iklan, kamsudnya subyek kategori kewajiban dan kategori tindakan luar biasa. Hadeeeeeuh… jangan deeh… miris banget… beneeeer… bikin aku makin sedih aja sama negara ini. Aku cinta Indonesia, aku mendoakan para pemimpin supaya sehat selalu dan bisa memimpin dengan hikmat akal budi, dengan bijaksana… beneeer…. tapi entahlah… aduuuh, tuh kan… aku jadi makin sedih… udah ah…
Mengganggu keempat, soal pajak *tsaaah*
NPWP & fiskal. Jangan salah, bukan masalah lapor pajaknya yang mengganggu. Aku sudah bayar pajak penghasilan sejak 2005 dan awal 2006 aku sudah punya NPWP pribadi. Memang sih, prosedur dan macem-macemnya diurus kantor, aku belum pernah ngurus SPT sendiri, tapi yang jelas, aku sangat rela membayar pajak untuk negeri ini, maaaan…pajak penghasilan untuk level aku kan ’cuma’ 5%, dan itu pun ada tarif progresif, jumlahnya nggak bakal ngabisin jatah maen seminggu, kalau jumlah itu yang harus dibayar untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa, temtyuuu rela dooong… apa kata duniaaa kalo gak rela? Apalagi sekarang pan ada sunset policy, diperpanjang loh sampe februari *promosiiii neeeeh*
Yang mengganggu, outcome dari income pajak ini *halaaah opo sih kamsud lu tjeeep?*. Bukannya menuduh duluan pajak ini bakal dikorupsi ya, nggak, bukan gitu… tapi aku benar-benar mengharap, semoga pajak ini benar-benar bisa digunakan untuk kesehjateraan rakyat. Pendidikan gratis… ato nggak murah deeeh… dan merata yaa… Indonesia kan nggak pulau Jawa aja… supaya anak-anak Indonesia dimanapun bisa mendapat pendidikan yang layak untuk masa depan mereka. Lalu fasilitas kesehatan yang merata di seluruh Indonesia. Aku sadar-sesadar-sadarnya bahwa Indonesia ini luaaaaas banget, dan kondisi geografisnya (maap ye klo salah istilah) sangat bervariasi tingkat kesulitan penjangkauannya *halah* jadi fasilitas merata ini bakal memakan waktu cukup lama, tapi setidaknya… awalilah… awali yang merata ini di setiap pelosok tanah air. Nah, kenapa fiskal ngganggu? Eeeemh… aneh aja menurut aku. Kayak dipaksakan nggak sih? Kamsudnya, kayak program sale, beli satu gratis anu… nggak tau deh… semoga kamsudnya memang untuk kebaikan negeri ini. Pokona, kalo itu untuk kemajuan Indonesia, kenapa tidak? (meski masih ngganggu… karena aku gak jelas dan belum ngerti konsepnya kali ya? Ada yang mau kasih pencerahan?)
Mengganggu kelima adalah soal kisah asmaraku *haaa…. sinetron menye-menye mulai deh*
Di tengah perenungan mendalam mengenai kondisi dunia, pemikiran (yang juga) mendalam mengenai bangsa dan negara *tsaaah*, aku tetaplah manusia perempuan dengan kisah asmara yang memilukan *yang mau muntah dan berhenti baca, too late…*.
Ini benar-benar membingungkan¸soal ini-inu-ina-anu… Pfiiiuuuuh… salahku juga sih, kenapa aku pikirin ya?
Jadi, masalahnya apa? Errrrr…. gak mau ngomong detail dulu deh, no comment untuk saat ini *halaaah!!*
Ada yang aneh aja. Aku senang, ya. Aku tersanjung (7), ya. Aku ragu-ragu, ya. Aku bersemangat, ya. Aku sekaligus merasa pilu, juga iya. Aku sudah lupa bagaimana rasanya kasmaran. Namun hari in, ketika aku menunggu Ken, aku merasakannya lagi, getar yang menarik bibirku untuk tersenyum sekaligus merasa getir hanya dengan mengingat aku akan bertemu Ken sebentar lagi. Entah apa itu cinta, aku tak pernah mengatakan padanya bahwa aku mencintainya, dan ia pun juga tak pernah mengatakan bahwa ia mencintaiku. Hanya sejak dulu, aku merasa tergetar, hanya dengan mengingat namanya – Vega pada Summer at Paris, The Patchwork.
Entahlah. Vega, tak cukup menjelaskan kebingungan, keresahan ini.
Naah panjang kaaan? Trus yang lebih mengganggu, aku hanya bisa menyampah soalnya mau mengajukan solusi… ya siapa gue?! Nggak kompeten juga mau ngasih solusi… tepatnya, takut nggak kompeten, karena sebenernya aku nggak tahu apa-apa soal hal-hal yang aku sebutkan. Ketidaktahuan itu meresahkan, kawan *tsaaah*.
Si otakku masih terus-terusan memutar-mutar point-point ini, kayak autoplay, gentian aja gitu muter di otakku, setiap aku mondar-mandir kesana-kemari sama miu-miu.
Errrr…. tuh kan, ngomong kamsud aku aja nggak beres….
Udaaah aah…. ntar makin panjang makin ngganggu deh… ngganggu yang baca sama kata-kata ngganggu….. *halaaah…. apa sih kamsud lo tjeeep?*
Aku cuma bisa berharap dan berdoa.
Semoga, konflik Palestina dan Israel segera berhenti, dan ada ketenangan juga kedamaian untuk warga sipil kedua belah pihak. Ameeeen.
Semoga, pemilu kita yang sudah di depan mata ini, berjalan dengan lancar, aman dan damai. Ameeen.
Semoga, siapapun yang akhirnya mempimpin negeri ini, bangsa tercinta ini, mendapat dukungan penuh dari semua pihak hingga bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Ameeen.
Semoga, negeri ini, bangsa tercinta ini makin sejahtera, merata, adil dan makmur *biarin kata-katanya klise, aku benar-benar mengharap seperti itu*. Semoga, bangsa tercinta ini makin solid dan tidak mudah terpecah-belah, makin kompak membangun negeri ini. Ameeen
Semoga, kisah-kasih asmaraku segera tidak membingungkan dan menjelehkan. Semoga juga, aku makin rajin bangun pagi. AAAAMEEEEEEN *paling kenceng*
PS. Mangapkan aku, jika ada yang misuh-misuh karena ‘sampah’ otakku ini, lagi kram, hormon lagi gak bener juga… *salahkan hormon pms, paling gampang*.
Leave a Reply