(dan) si jalang pun tetap berbahagia

Haaaaaiiiii semuwaaa…. jumpa lagi…. dengan maisi disini…… *nyanyi lagu anak-anak taun jebot*
Hehehehe nggak penting.

Aduuh masih males yaa… masih pengen libur teyuuus… padahal ini sudah empat hari masuk kerja setelah tambahan libur di hari senin. Heeei…. aku masih masuk hari sabtu, setengah hari sih… tapi tetup aja, bikin males!
Liburan kemarin, ketemu beberapa teman dan bergosip soal cerita yang hangat di Bandung, ada salah satu orang kayaaaaa banget di Bandung yang berusia sekitar akhir 40an, bercerai sebulan yang lalu dengan istrinya dan minggu lalu menikah dengan seorang gadis muda berusia 20 tahunan… Hmm…. tidak ada yang salah sih dengan pernikahan itu, tidak ada yang tahu soal cinta. Tapi meski demikian, tetap saja lajang jalang macam kami ini senang berdiskusi nggak penting soal itu, sebab konon katanya, ibu si gadislah yang sengaja menjodohkan putrinya dengan pak tua yang kaya, emang belum tua sih, tapi dibandingkan umur si cewek abg itu… emang tua kaan….
Pembicaraan ngalor ngidul – ke barat juga timur setelah dari utara dan selatan, sampai pada satu ucapan ngawurku yang memang semua orang sudah tahu, “tapi emang bener kok… gw setuju kalo kawin itu mending pake duit bukan pake cinta, hidup sekarang mahal. Lagipula, kayanya lebih murah investasi buat dana pensiun daripada investasi ke anak, belum lagi soal tanggung jawab mendidiknya… aduuuuh”
Naaah…. bukan berarti aku tak mau kawin dan punya anak, wah… amit-amit deh *ketok-ketok meja tiga kali*. Kalau ada jodoh, tentu saja aku mau kawin dan beranak pinak, sesuai dengan kodrat, tapi misalnya jodohku terlanjur memilih untuk jadi gay, gak napsu lagi sama aku… :mrgreen: ya paling nggak aku sudah punya plan b, yaitu punya dana pensiun. Eh, aku kok kayak orang jualan asuransi masa tua ya? Nggak, aku nggak jualan, ini cuma mikir ngawur aja.

Dan aku pikir-pikir lagi *masih teteup ngawur meski agak waras*, sampai sekarang aku belum bertemu si belahan jiwa atau mungkin sudah bertemu tapi tidak menyadari kalau si dia adalah belahan jiwa, mungkin karena aku masih punya pemikiran seperti itu ya? Berpikir bahwa pernikahan itu adalah mahal *duuh*, beranak pinak itu resikonya besar dan aku masih takut untuk melepaskan hidup yang jalang dan penuh hura-hura nggak penting ini.
Dengan hidup lajang lagi jalang sajah aku suda berbahagia, kenapa mesti ngotot untuk menikah, yang mana resikonya tak bisa diukur? Apakah akan makin bahagia atau tetap berbahagia atau malah tidak menginginkan kebahagiaan lagi?

Whohohohoho…. jangan samapai si Mamah tau aku sempat berpikir seperti indang… aku nanti bisa digantung di pohon toge dengan kaki diatas sama dese. Sumprita mak… ini bukan berarti aku nggak mau kawin… mau banget maak… apalagi sama mas Ken – Keanu Reeves, yah melesetnya sama Tomi Simatupanglah…. *plaaak*

Mungkin, entah itu besok, entah itu lusa, jika ketakutan-ketakutan soal resiko itu sudah mendapatkan pencerahan, dia, si pria yang beruntung itu, akan datang. Hmm… bisa jadi dan semoga ini memang pemikiran waras untuk berubah lebih waras. Kan kudu waras dulu sebelum membuat gila orang lain…

Ah… sutralah

2 responses to “(dan) si jalang pun tetap berbahagia”

  1. wuahahahaaha, gue demen nih pemikiran lo.. emang hare gene mending realistis
    ya nek.. cinta ga bisa bikin perut kenyang ama beliin kite tas ama sepatu pan? 😛

    M.
    :mrgreen:

  2. […] semua alasan ngeles yang bisa diajukan lajang jalang macam saya alasan sebenarnya, ya emang belum ketemu aja… belum waktunya. Mau alasan apa lagi […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: