rasa hormat

Apa aku salah, kalau aku kehilangan rasa hormat ke salah satu senior di kantor, gara-gara dia tidak bisa menjadi senior yang baik?
Hm… gini, kata dia, kalau aku bertanya soal permasalahan dalam kerja, aku harus memberikan alternatif solusi untuk permasalahan tersebut. Kalau aku tidak datang dengan solusi, berarti aku tidak punya inisiatif.
Aneh nggak?
Aku bilang aneh, karena kalau aku bertanya itu disebabkan oleh 2 hal:-
1. Karena aku memang sudah tidak tahu lagi bagaimana cara memecahkan permasalahan tersebut. Semua pilihan yang aku punya, menurutku akan membawa dampak yang cukup merugikan. Makanya, aku datang ke senior untuk meminta bimbingan. Aku bukan malas berpikir tetapi memang sudah tidak bisa berpikir. Tolong dibedakan ya.
2. Karena level aku sudah tidak memungkinkan untukku mengambil keputusan, apalagi jika itu berkaitan dengan resiko uang yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akibat keputusanku. Misal, untuk komplain di bawah / sampai dengan USD 500, aku bisa mengambil keputusan, apakah itu akan dibayar atau ditolak, apakah pembayaran komplain bisa langsung dibayarkan atau dibayarkan di order berikutnya, nah… untuk jumlah di atas USD 500, tentu saja, aku harus minta persetujuan senior untuk meminta persetujuan bukan? Ini misalnya yaa…. contoh. Dan jelas, sebelum meminta persetujuan, aku sudah mengajukan saran dan opini-ku atas suatu kasus tersebut. Tapi, lagi-lagi… bukan levelku untuk memutuskan. Aku ini kan cuma keset di perusahaan ini, cuma buruh.

Intinya, menurut dia aku tidak punya inisiatif.

Mari kita lihat siapa yang tidak punya inisiatif. Siapa yang sebenarnya amatiran.

Ketika satu calon pembeli datang, apa yang anda lakukan? Anda hanya berkata, “mereka sepertinya benar-benar mau beli ke kita ya”. Dan yang aku lakukan, sebgaia standar prosedur kerja yang aku tetapkan sendiri, adalah, segera bertanya ke jejaring sesama buruh tekstil juga paman gugle, menyelidiki latar belakang finansial, target market mereka, dan apa yang menjadi produk andalan mereka. Kemudian menyiapkan presentasi produk sesuai dengan data yang sudah dikumpulkan dan menyiapkan produk lain sebagai ‘dessert’.

Aduuuh…. aku paling benci mengungkapkan fakta-fakta yang sepertinya hebat tapi sebenarnya malah bikin aku kelihatan buruk ini.

Aku selalu menganggap, bahwa orang yang merendahkan orang lain itu adalah orang yang sedang merendahkan dirinya sendiri. Dengan mengungkapkan cerita *cuma satu contoh, tapi ada banyak hal lain sih sebenernya* yang membuat sang senior terlihat bodoh, bukankah aku sedang membodohkan diriku sendiri?!

Arrrrgh…. maaf. Tetapi, aku memang sudah kehilangan rasa hormatku kepada anda sebagai seorang senior. Maaf, aku memang masih junior, masih buruh, masih keset… tetapi aku terlanjur punya nilai-nilai, etika-etika yang seharusnya menjadi standar seorang senior-dianggap-senior itu seharusnya seperti apa.

Maafkan aku. Dan mari… kerja lagi…. ayoooo… buruh yang tak punya inisiatif, kita kerja lageeee!!!

4 responses to “rasa hormat”

  1. he? cecep. dah jangan ngeluh aje, kerja yang bener!
    jiahahahahaahhahaaa…

    gw kagak ngeluh tapi menyampah! :mrgreen:

  2. Itu senior takut kebalap kali tjep, makanya dy klakuan nya aneh…..:D

    neeek, dese ama gw beda track… jad balapan kite bedaa… aduuh…. udin setahun nih gw ngomel mulu soal kerjaan…. *sabar tjeeep…. sabaaaar…*

  3. pa kabar bu ? 🙂
    kenal gw hehehehe
    salam buat senior lu yah

    hiahahahahaha you know who kan?!! hiahahahahaa

  4. makanya kerja sendiri aja nek, biar ga usah punya boss.. huahauahaahhaahahh..

    ameeeen… maunya gitu neek… biar bisa jalan-jalan sepuas hati juga yaa….. 😉

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: