Ruth Wijaya

Entah apa yang membuat Manusia Laut tiba-tiba teringat aku lagi, kemarin malam, dia menelpon cukup lama. Entah aku masih punya cinta atau tidak, tapi aku berusaha keras untuk menutupi bahwa aku masih menginginkan Manusia Laut. Mungkin memang cinta, tapi mungkin memang hanya obsesi.
Dia meminta maaf, setelah tahun-tahun berlalu, setelah aku mulai ikhlas dan pasrah.
Dulu aku sangat menginginkan Manusia Laut meminta maaf, tapi kemarin, seolah semua sakit hati, kecewa dan rasa marah, lenyap begitu saja ketika mendengar suaranya. Aku mencari dan mencari, sedikit saja rasa marah, sejumput kekecewaan dan sakit hati, menggali ke dalam hati, tapi tak ada satupun yang tersisa, dan aku bisa menghela napas lega bahwa… ya… aku berubah (semoga ke arah yang lebih baik). Aku bukan lagi kekasih yang pemarah, kini aku bisa menyebut diriku sahabatnya. Aku benar-benar sudah bisa ikhlas.
Namun, Waktu memang penuh humor ya, tak terduga… setelah aku mulai serius mendekati seseorang, emh…. kamsudnya, sejak Manusia Laut dan aku berpisah, beberapa kali aku mencoba untuk dekat dengan beberapa kawan, tapi adrenalin belum terpacu, Ginko Biloba, the bad boy, cukup membuat adrenalin berpcu, cukup menyenangkan untuk dikejar secara serius. Dan ketika asyik-asyiknya dengan Ginko Biloba, tiba-tiba saja hantu masa lalu itu muncul lagi, datang tak diundang pulang tak diantar
Yaaah…. satu langkah lagi menuju hidup yang lebih berkualitas… sekarang, aku memahami aku yang punya banyak keinginan ini.
Manusia Laut, terimakasih, sudah membuat aku marah waktu itu, sudah membantuku mengeluarkan setan-setan yang tersembunyi. Terimakasih, sudah menelponku untuk meminta maaf, meski aku sendiri tak tahu, apakah itu perlu atau tidak, tapi itu melegakan aku, bahwa aku juga bisa memaafkan.
Mari kita lanjutkan hidup kita.