Males ngetik lagi, co-pas dari review di milis sajah.
Seperti yang sudah diumumkan, semalam, beberapa JSers Bandung (ada sembilan orang) ngariung lagi. Tempat tujuan memang bukan yang benar-benar baru, bahkan beberapa rekan JS yang lain sudah memberikan laporannya. Namun, sesuai aturan tidak tertulis (yang disepakati dan di-keukeuh-kan oleh beberapa dari kami 😀 ) ketupat setiap acara KumSut wajib hukumnya untuk me-review lagi detail kerusuhan, jadi maafkanlah saya yang maksa buat review lagih :D.
Acara pertama adalah RAWON SETAN – MBAK ENDANG di Paskal Hypersquare blok a no. 52.
Sebagai pemilik lidah rawon aseli *halah* saya pribadi cukup bersemangat mencoba rm ini dan saya sengaja untuk menunggu acara kumsut supaya lebih afdol. Sudah ada beberapa referensi mengenai Rawon Setan yang di Bandung ini dan referensi ini malah bikin saya penasaran juga, sebab ada yang bilang enak banget dan ada juga yang bilang biasa aja cenderung mengecewakan.
Ah, saya datang dengan niat baik *halah*, positive thinking gituh, berharap saya bakal suka, jadi referensi yang kurang menyenangkan sengaja tidak saya sampaikan ke rekan yang lain (punten atuh :D).
Masakan yang kami cobain kemaren adalah:
– Rawon (ya iyalah… apalagi?): Disepakati bersama bahwa rasanya kurang mantab, terlalu banyak kluweknya jadi rasanya agak eneg dan penyajiannya kurang panas. Tapi kami sangat berterima kasih pada mbak2 yang di Rawon Setan, yang sabar dan berbaik hati memanaskan lagi kuah rawon kami. Meski demikian, setelah kuah panas pun masih ada rasa yang kurang. Aroma daun jeruk purut yang biasanya langsung mak-srengseng setiap saya makan rawon aseli Nganjuk (sumpe, ini nama kota asal saya, bukan ngutang)yang nikmat banget itu tidak saya dapati. Juga tidak ada irisan bawang pre dan bawang goreng dan yang bikin saya heran, kok rawon dikasih jeruk nipis yak? biasanya masakan rawon sudah dilengkapi dengan asem jawa jadi tidak perlu diberi keceran jeruk lagi.
-Osek: Lumayan. Ini adalah daging yang dibumbu kari. rasanya cukup menghibur kekecewaan pada rawon. selain itu, potongan dagingnya cukup besar.
-Empal: rasanya kurang ketumbar jadi kurang gurih, dan satu lagi dingin. Meski tidak jadi alot, tapi itu mengurangi kenikmatan empal goreng model jawa timuran begitu.
Harga cukupan, seporsi Rawon pisah Rp. 17,500/porsi, Osek Rp. 17,500/porsi, sedangkan empal Rp. 7,500/biji.
Setelah dari Rawon Setan kami menuju ke pameran komiknya Tita, salah seorang anggota JSer juga. Untuk menurunkan makanan di perut, persiapan untuk babak selanjutnya 😀
Sekitar jam sembilan malam, kami beranjak pergi ke lokasi selanjutnya NASI KALONG di parkiran FO China Emporium – JL. R.E Martadinata (a.k.a. Jl. Riau).
Seperti layaknya kebanyakan warung makan di Bdg, di Nasi Kalong ini, sistemnya self-service, ngambil nasi sendiri, trus ngambil lauk lalu berhitung di kasir.
Sesuai namanya, nasi yang disajikan disini berwarna hitam, karena dibumbui oleh kluwek, oh… kami benar-benar over dosis kluwek kmaren. Selain bumbu kluwek, ada pandan, sedikit serundeng… katanya, tapi kok saya gak nemu rasa serundeng yak? Nasinya sih biasa sajah, nggak terlalu gurih tapi mungkin ini memang strateginya supaya lauknya bisa ‘speak loud’.
Lauk pauknya cukup beragam, yaitu:
-Sambal tahu yang kering: mirip sama sambel kacang yah…
-Tahu tausi: rasanya cukup light tapi tetep kerasa tausi
-tumis jamur: gurih
-sambal goreng kentang tahu: cuma dibilang enak 😛
-rolade: kurang mantab, seperti rasa frozen food
-sambal goreng ati: gak kerasa atinya, cuma sambal yang gak pedas aja
-sambal dadak: sambal tomat biasa yang diulek tidak halus, rasanya anget ajah, nggak terlalu pedas.
-dendeng ayam: empuk, legith… salah satu juaranya
-orak-oarik telur pake sayuran: nikmat! gurih! Juara juga…
-ayam madu: juara jugak… kering tapi masih empuk, rasanya manis gurih… pas banget dinikmati dengan nasi kalong yang gak terlalu gurih itu dengan sambel dadaknya. Waduh, ngacai2 lagi saya…
Sayangnya kami tidak ‘bertemu’ dengan sambal goreng udang yang terkenal itu.
Range harga tidak terlalu mahal, tergantung apa saja yang diambil, untuk porsi coba-coba kami malam itu (dibaca: banyak nasi banyak lauk :D) rata-rata per piring Rp. 15,000 s/d Rp. 20,000.
Nasi Kalong buka mulai pukul 9 malam sampai dinihari.
Nampaknya, beberapa dari kami sudah jatuh cinta sama Nasi Kalong (termasuk sayah) karena masakannya yang nggak terlalu berlemak dan ada menu yang uuueeenak tenan menurut kami.
Dan di sekitaran Nasi Kalong, ada beberapa penjual makanan juga seperti Siomay, Sate Sosis…. emh, sepertinya… nanti malam saya bacut kesitu lagi 😀
Setelah Nasi Kalong, petualangan malam itu berakhir sudah, kami cukup kuat iman malam itu untuk tidak pintong ke serabi arab 😀 disimpan buat lain waktu saja.
Leave a Reply