Bon Appetit

Ratatouille – If you are what you eat, then I only want to eat the good stuff

rat1.jpg

Oh… I love this movie.

Nggak peduli ada yang bilang animasinya biasa ajah atau apalah… yang penting, film ini bikin aku seneng! Filosofi makan 😀 apalagi yang bisa menyenangkanku selain urusan perut? Es campur beku kan masuk ke perut juga 😀

Akhirnya, setelah orang-orang ramai ngomongin Ratatouille, aku kemarin nonton film ini, yah… saking semangatnya nonton, aku lupa bahwa kemaren barengan sama Mama Mia show, ah gak pa-palah… sebanding kok kesenangannya.

Ceritanya, seperti sudah diketahui adalah tentang si Remy tikus yang pandai memasak, jika keseluruhan ceritanya cukup ‘nggak mungkin’ maka akhir ceritanya lebih ‘nggak mungkin’ 😀 tapi siapa peduli? Ini cuma film! Aku benar-benar melewatkan bagian-bagian yang tidak menyenangkan dari sebuah film seperti misalnya akhir cerita yang membuat aku bertanya-tanya gimana kalau Remy mati? Umur tikus kan gak panjang, mau bikin restoran sampai kapan? Aku benci film yang bikin aku bertanya-tanya, tapi demi Ratatouille, ignore aja pertanyaan gak penting macam itu. I don’t like it, I love it. If I don’t love, I don’t swallow… gitu kata Anton Ego 😀

Seperti yang kubilang, yang paling berkesan adalah filosofi tentang makanannya itu! Umh… aku kan suka banget makan, tapi nggak jago masak, ah… anyone can cook, nanti juga bisa kalau mau belajar 😀 . Remy sangat menggambarkan ‘aku’ yang selalu terbangkitkan oleh makanan, bagaimana makanan yang enak disiapkan dengan’passion’… halah!

Remy: “… I like good food, ok? And… good food is… hard for a rat to find! ”
Django: “It wouldn’t be so hard to find, if you weren’t so picky! ”
Remy: “I don’t wanna eat garbage dad!”

Dan aku kalah sama ‘tikus’, aku adalah the real omnivora! Benar-benar pemakan segala. Aku nggak punya makanan yang favorit karena semuanya aku suka, juga nggak punya makanan yang aku nggak suka karena aku doyan apa aja! Well, daging tikus mungkin pengecualian. Jadi, mudah sekali ngasih makan aku 😀

Trus monolognya Anton Ego pas abis nyobain makan di Gusteau’s juga menyentuh hati. Bikin aku agak-agak gimana gitu… In many ways, the work of a critic is easy… We thrive on negative criticism, which is fun to write and to read… Not everyone can become a great artist, but a great artist can come from anywhere… Waduuh… tersentuh gak sih? Aku jadi ingat soal jurnalisme kuliner yang beberapa waktu lalu sempat ramai dibahas di milis, kenapa makanan yang dicoba oleh Pak Bondan Winarno selalu dibilang mak nyuss, padahal gak semuanya bisa dibilang enak (ah, aku tidak bermaksud untuk mengulik lagi hal yang sudah ‘basi’, hanya sekedar ingin berbagi). Pak Bondan menanggapi itu dengan cara yang luar biasa menurutku, kalau aku… mungkin aku akan bilang, “selera orang kan beda-beda, lidah tiap manusia punya sensitivitas yang berbeda… so, what gitu loh? Boleh-boleh aja aku bilang enak dan kamu bilang gak enak” hehehe itu aku… tapi beliau menjawab (kurang lebihnya) gini, semua orang memasak bermaksud untuk menciptakan masakan yang enak, jika pada akhirnya ada makanan yang nggak enak, maka itu adalah kecelakaan. Dan jika diperhatikan, ketika mencicipi masakan yang kurang enak, saya akan berkata… misalnya, ini kurang asin, dagingnya kurang empuk… Ah… Anton Ego, setelah menikmati masakan Remy, berubah jadi Bondan Winarno 😀 hehehe punten pak… Nggak deng, intinya gini… nggak cuma soal masakan, ini soal bagaimana memandang hasil karya orang lain… bahkan hasil karya yang gagal pun layak untuk mendapatkan credit. Mungkin ini pembelaan Brad Bird juga yah… sebelum dicela abis-abisan dia udah ‘cuci otak’ para kritikus duluan 😀

Film ini juga bikin aku makin kangen ke Paris! Huhuhuhu… kenapa sih, kok timing nontonnya pas banget sama aku kangen pisan sama Paris itu… kebayang dong, pas liat Remy naik ke atap dan melihat Paris dengan Eiffel yang berkelap-kelip ituh? Whua…. eh, tapi aku sebel tuh sama lampu sorotnya… mengganggu… kalau lampu kecil-kecilnya sih keren… makanya, gambar yang kupasang juga bukan poster Ratatouille, tapi malah gambar si Linguini & Remy berlatar belakang Eiffel.Yah… semoga saja… aku masih beruntung juga kali ini…

Django: “Where are you going? ”
Remy: “With luck, forward.”

Ah, sekali lagi… repiuw gak penting!

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: