Indonesia, tanah air beta…

Warning: posting ini agak membosankan!

Semalam, ketika setengah tertidur, aku dibangunkan oleh satu SMS, kupikir dari si Mamah yang memang suka iseng ngirim SMS atau nelpon malem-malem, ternyata bukan, SMS itu dari istri pak Pendeta di kampung halamanku sono. Begini bunyi SMS-nya:

Jarak terpendek antara problem dan solusi adalah jarak antara lutut kita dengan dengan lantai. Karena seseorang yang bertelut kepada Tuhan akan tetap tegak berdiri untuk persoalan apapun. Jesus loves you!

Wow! Inspiring!

Seringkali, tiba-tiba aku berpikir tentang bangsa ini, tentang negeri ini, jika melihat televisi, mendengar radio bahkan untuk hal sepele, melewati jalan tol Cipularang pun aku selalu teringat akan berbagai macam persoalan yang dihadapi bangsa ini. Dan, semalam, ketika menerima SMS itu, aku juga langsung teringat akan bangsa ini.

Aku selalu berkata pada orang yang mau mendengarkanku, bahwa persoalan bangsa ini sebenarnya adalah hati nurani. Kamsudnya begini, pemimpin-pemimpin dan para pengambil keputusan di bangsa ini sebenarnya punya telinga, punya mata juga punya pikiran yang pintar dan canggih tapi setahuku, mereka belum punya hati untuk merasakan apa yang dirasakan rakyat, ada banyak kebijakan yang tidak masuk akal dan dibuat hanya demi kepentingan sekelompok orang saja. Meskipun rakyat menjerit dan menderita, mereka tetap saja tidak melihat dan mendengar bukan karena tidak bisa tapi tidak mau.

Aku pernah sharing tentang hal ini sama boss-ku yang berkewarganegaraan India yang ternyata mencintai Indonesia juga, bahkan putri tunggalnya lebih merindukan Indonesia daripada merindukan tanah leluhurnya, sebab ia besar di Indonesia, “as foreigner, Indonesia is the best place that I ever stay… and I know, not only me who said so. Here I can see smilling face with smilling eyes, you find good taste of food with a lot of variant and the culture also more or less same with my country, I just feel comfortable here, like I am home. This country only need the right leader to take us to the right track” begitu katanya.

Aku cuma tersenyum, senyum miris. Aku sungguh bangga jadi orang Indonesia. Tapi sekaligus juga malu akan kondisi bangsa yang amat kucintai ini. Oh…
Untuk melakukan tindakan nyata seperti terjun ke partai politik atau LSM atau yah… mungkin sekedar peduli sama persoalan sosial dengan mengasuh anak jalanan mungkin, aku enggan. Aku sudah apriori, sudah pesimis duluan.

Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah cuma berdoa untuk bangsa ini, agar para pemimpin yang menjadi pengambil keputusan di negara ini punya hati nurani untuk menyatukan visi dan misinya, meninggalkan egonya jauh di belakang demi bangsa ini. Aku tidak meminta terlalu banyak, bukan pemimpin sempurna yang kuminta karena selama masih jadi manusaia kesempurnaan itu tak ada, hanya sekedar hati nurani yang tulus untuk mengambil keputusan dengan tepat, dengan ini mereka juga akan tahu mana yang jadi porsinya dan mana yang bukan.

Yah… solusi untuk bangsa ini, hanyalah doa.

Mari, kita berdoa untuk negeri tercinta ini… Yang dengan segala keindahan dan carut marutnya, dengan budaya yang sekarang mengalami kerancuan, tidak timur juga bukan barat, dengan bahasa yang kebolak-bolak dan nggak jelas, tapi negeri ini tetap menjadi kekasih hati, tetap menjadi kebanggaan…

Selamat Ulang Tahun Indonesia, aku cinta kamu, meski aku sering mengolokmu, tapi aku juga selalu berdoa untukmu.

Tentang kekasih hati juga: Mencintai Indonesia

One response to “Indonesia, tanah air beta…”

  1. ooo… pantesan kamu kirim sms ke aku tadi pagi. ternyata…

    ternyata… itu juga SMS kiriman dari si Ibu Pendeta 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: