10th Anniversary – part 1

Beberapa Hari terakhir ini, aku sok-sok romantis, bernostalgia, mengenang kedatanganku pertama kali ke Bandung. Hm… apa pasal? Ini adalah tahun kesepuluh aku merantau ke Bandung. Halah. Jadi, mohon dimaklumi, kalau ada yang mau sok-sok romantis ๐Ÿ˜€

Sepuluh tahun yang lalu, aku yang baru lulus SMU (waduh…) masih polos dan innocent (ampun deh bahasanya…) terkagum-kagum sama jalanan di Dago yang pohonnya gede-gede dan adem banget, maklum, sebelumnya aku belum pernah ke Bandung ๐Ÿ˜€ sekalinya ke Bandung, langsung nggak mau pulang ๐Ÿ™‚

Masih ingat dulu, aku melongo kampungan di bis kota Dago – Leuwi Panjang, dianterin Tante, untuk daftar ulang mahasiswa baru dan sekalian nyari kos-an. Udah gitu, langsung balik lagi ke Bekasi, rumah si Tante dan dua hari kemudian bawa koper segede lemari balik ke Bandung, sejak itu, koper segede lemari nggak mau pindah kota, bukan aku yah… si koper…

Si Mamah, nggak nganterin, mungkin nggak tega kali… dia cuma berpesan gini, “nduk, sekolah yang bener. Kamu baik-baik di Bandung, mau bohong sama Mamah, mau bandel terserah, wong kamu sudah gede dan Mamah juga nggak bisa ngawasin kamu terus-terusan, cuma inget, Tuhan selalu beserta kamu, Dia yang mengawasi kamu, Dia selalu lihat kamu ngapain aja, kamu bisa bohong sama Mamah tapi nggak bisa bohong sama Tuhan dan diri kamu sendiri. Baik-baik yah” Yah… ternyata pesan itu cukup ampuh untuk mengendalikanku, hehehehe makin dilarang biasanya badungnya makin jadi.

Dalam sepuluh tahun ini banyak banget hal yang aku alami. Mulai dari yang konyol dan bodor sampai yang bikin hati pedih teriris-iris, halah! Tapi yang menyenangkan juga banyak banget. Cuma, dalam sepuluh tahun ini, sekalipun aku belum pernah dapet pacar orang Bandung ๐Ÿ˜€ kenapa yah?

Ada satu moment yang ‘menyentuh’ banget, membuat aku sengat mensyukuri hidup ini. Suatu ketika, aku sudah tinggal di Jl. Jurang, setiap kali mau ke kampus, aku selalu lewat Jl. Lamping, waktu itu, pagi sekitar jam sepuluh, matahari mulai bersinar setelah subuhnya hujan, aku melewati pepohonan yang daunnya mulai berguguran. Sepertinya, biasa aja yah… tapi tidak, daun-daun basah yang berguguran itu memantulkan cahaya matahari dengan indahnya. Kebetulan aku cuma sendirian melewati jalanan itu, jadi ketika menyadari keindahan itu, aku berhenti di tengah jalan, dan mlogo kayak orang bego, asyik memandangi daun jatuh, yang menurutku indah banget. Ah… moment yang indah untuk mengawali hari. Siangnya, sekitar jam dua ato jam tigaan gitu, aku ada kuliah psikologi komunikasi, waktu itu dosennya lagi membahas psikologi warna, aku duduk di dekat jendela dan asyik melamun (kerjaanku kalo lagi kuliah memang melamun ๐Ÿ˜€ ) memandang bukit di kejauhan, baru nyadar, ternyata bukit itu seperti gampar di postcard, ada satu tiang listrik dan satu gubuk, wah… aku mulai tersenyum-senyum tuh… dan tak lama, senyumku berubah jadi histeria, karena aku melihat pelangi, perlahan mulai muncul dan melengkung indah di atas bukit itu. Oh… bisa dibayangkan, aku langsung sibuk memberitahu teman yang duduk di sebelahku, “hei… lihat tuh… pelangi! Pas kita belajar warna! Lihat, bukit itu kayak di gambar yah?! Hei lihat!” sayangnya, temanku cuma bilang, “oh… ya… he eh…” Entah aku sedang religius ato sedang sensitif, aku benar-benar bersyukur akan hidupku karena kedua moment indah di hari yang sama itu dan hari itu tidak pernah terlupakan. Bandung indah. Hidupku indah ๐Ÿ˜€

2 responses to “10th Anniversary – part 1”

  1. After read this post, your boss call you to meet him at his office:
    Bos: Ruth, tomorow you will stay atJakarta.
    Ruth: NO WAY! I love Bandung.
    Bos: Ok. Choose this. Move to Jakarta Or Resign?
    Ruth: …(skak mat. Harusnya gw jangan nulis kalo gue cinta bandung…)

    Hehehehe…

    Begitulah bos2 yang suka cari2 kesempatan untuk nendang anak buah yang mengancam posisinya. hihihi… canda loh…

    ๐Ÿ˜€ bos gw udah nyerah… sekarang pilihannya, gw resign ato dia naikin gaji ๐Ÿ˜€

  2. Ruth… happy anniversary ya with Bandung… Aa juga dari Bandung (halah Aa) tapi lama ngumbara di Surabaya sampai lupa gimana rasanya nangkring di warung bandrek… ihik ihik ihik…

    Jadi mellow sumellow abis baca postinganmu

    atuh, si Aa, iraha atuh uwih ka Bandung, sok atuh ‘ngke ku abdi dibawa ka warung bandrek jahe rasa jahanam ๐Ÿ˜€
    Eh, sebenernya, aku arek Suroboyo loh… jadi tukeran kita…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: