Pagi ini, dalam perjalanan ke kantor, aku ngobrol dengan teman yang bercerita tentang temannya (jadi temennya temen ๐ ) yang dulu sempat bekerja di perusahaan yang sama dengan kami saat ini namun beda divisi, sebut saja namanya Mbak Jujur. Kata temenku, si Mbak Jujur ini, bekerja sebagai marketing dan disupervisi oleh bos-ku yang sekarang ini, wah… aku langsung ‘searching file’ di otakku, soalnya si bos selalu cerita tentang mantan anak buahnya, termasuk jika ada kejadian-kejadian unik gitu. Konon cerita, suatu ketika si Mbak Jujur dimarahi oleh customer karena dia jujur mengatakan bahwa barangnya belum dikirim, ketika si bos tahu, dia menyarankan si Mbak Jujur untuk bohong dan mengatakan bahwa container on the way, cuma nggak bisa tracking. Si Mbak Jujur yang memang memegang teguh kejujurannya kekeuh tidak mau untuk berbohong, akhir cerita, si bos-lah yang mengarang cerita untuk si customer ini. Cerita ini, rupanya sama dengan yang pernah diceritakan oleh si bos, hanya beda kata-kata sajah. Dan jika si bos mengakhiri ceritanya dengan kata-kata “what a character… she was really cannot lie”, maka temanku malah berkata, “susah atuh jadi marketing kalau nggak mau bohong mah…”
Okay… point noted. Susah atuh jadi marketing kalau nggak mau bohong mah…
Haruskah marketing selalu berbohong? Jadi ingat salah satu judul buku Seth Godin, Marketings are liars. Aku belum pernah baca bukunya sih, cuma lihat covernya saja ๐
Aku pribadi, berpendapat, apapun profesi yang kujalani, tidak sebaiknya melakukan kebohongan. My boss was right, lie is part of your character. Jadi, selama ini aku sama sekali nggak pernah bohong ke customer? Well, kalau kepepet mah iya! Huhehehehe
Tapi nggak juga sih.
Seperti yang selalu aku bilang sama semua orang, strategi marketing yang aku pakai cuma satu, yaitu menjual diri sebaik mungkin ๐ . Pembeli bisa mendapatkan kain dengan spesifikasi & dan harga yang sama dari pabrik mana saja (yang jumlahnya banyak banget di Indonesia), yang membedakan adalah, siapa yang jadi marketingnya ๐ apakah dia akan care dengan quality, price, kebutuhan customer yang lainnya, service dan… enak dilihat ato nggak ๐ huehehehe
Pertama yang aku jual dari ‘aku’ adalah, I am your trustworthy supplier. Sebisa mungkin aku memilih untuk tidak berbohong, karena bohong itu tidak akan pernah berakhir, bohong yang satu akan ditutupi oleh bohong yang lain, sangat tidak menyenangkan, eh… jangan salah, ini nggak cuma berlaku di your personal life loh… di pekerjaan juga. Aku selalu berusaha jujur ke customer.
Wah, susah atuh jadi marketing kalau nggak mau bohong mah, gimana kalau quality jelek? Nggak bisa jualan atuh kalo jujur itu barangnya jelek. Gimana kalau pengiriman telat trus customernya marah-marah?
Ah, what a good point.
Kami, para marketing *halah* selalu berada pada kondisi ‘harus’ berbohong demi tugas dan kewajiban *bahasanya canggih bener, mbak*. Tapi, aku menganggap, kami tak perlu harus berbohong jika kita bisa memilih untuk tidak mengatakan yang sesungguhnya sekaligus tidak berbohong. Waduh… kamsudnya gini, ada banyak kata-kata yang bisa kita pilih untuk menyampaikan maksud kita, dan manfaatkanlah itu. Selama ini, trik itu cukup berhasil menyelamatkanku dari situasi macam begitu. I am saved by the words… halah…
So, bohong tetap nggak bisa diaplikasikan dalam pekerjaan apapun, ada tanggung jawab moral. Orang mungkin nggak tahu kita bohong. Dan untuk menutupi rasa bersalah, kita bisa aja bilang, “ah ini kan bohong demi kebaikan” tapi apanya yang baik kalau dibohongi, kebaikan dengkulmu kuwi ๐
Marketing nggak selalu harus mau bohong, Sales juga. Malah, profesi-profesi inilah yang seharusnya jadi yang paling jujur, supaya bisa mengajari pasar mengenali mana barang yang bagus, mana barang yang jelek, mana marketing / sales yang memang bisa handle their account dan mana yang cuma bisa ngoceh gak karuan. Termasuk ngajarin mana yang enak dilihat dan mana yang enggak ya? Halah! Nyindir!
Tapi, marketing kan mesti gombal… susahlah urusan sama orang dengan profesi kayak gini, kalau jadi pacar kayanya nyusahin… gombal terus…
Lhoh… si Paman juga gombal, malah lebih gombalan dia daripada aku ๐ . Nggak kok, marketing & sales tuh seharusnya memang tulus, serius ini… harus tulus.
Jadi, nggak perlu takutlah punya pacar marketing, tidak semua marketing people itu gombal thok, contohnya aku ๐
Intinya posting ini apa mbak?
Emang bohong punya warna? Itu intinya!
Leave a Reply