Ruth Wijaya

Apa yang dapat kau katakan tentang cinta?

Ketika ia tak punya keberanian untuk membawamu mengarungi hidup bersamanya? Aku telah menyeberangi ribuan kilometer untuk sampai di sini, hanya bertemu dengannya, tapi ia bahkan tak punya keberanian meski hanya sekedar bertemu.

Ini adalah awal dari Paris, Je t’aime. Tadinya, Vega ke Paris tapi Ken tetap tidak mau bertemu dengannya. Sedih ya… cewek, demi mendapatkan cintanya, rela merendahkan dirinya trus nyamperin si cowok sampe ke Paris… whua… karena nggak tega dan demi ‘kisah girlpower’ yang aku inginkan, jadinya yah… bab yang sudah jadi yang diawali sama kalimat itu aku ‘bunuh’ saja 😀

Kalimat awal dari Paris, Je t’aime yang baru adalah:

Aku sudah lupa bagaimana rasanya kasmaran.

Namun hari ini, ketika aku menunggu Ken, aku merasakannya lagi, getar yang menarik bibirku untuk tersenyum sekaligus merasa getir hanya dengan mengingat bahwa aku akan bertemu Ken sebentar lagi.

Entah apa itu cinta, aku tak pernah mengatakan padanya bahwa aku mencintainya dan ia juga tak pernah mengatakan bahwa ia mencintaiku.

Hanya saja sejak dulu, aku merasa tergetar hanya dengan menyngingat namanya.

Ken dan Vega. Vega dan Ken. Mereka berdua mewakili semua tentang cinta. Cinta yang posesif. Yang satu bilang bahwa cintanya membebaskan yang satunya lagi bilang bahwa cintanya terlalu mengikat hingga ia harus pergi. Nah lo… tapi sejujurnya, menulis tentang Vega sangat mudah ketika aku bad mood 😛 ketika merasa kehilangan dan juga ketika merasa sinis. Bukan karena Vega selalu sinis, tapi kehilangan Ken benar-benar membuat ‘lubang besar’ dan bikin Vega sedih terus. Halah. Dan Vega ini, makin menjadi ketika Bapak Manusia Laut itu bikin aku jomblo, hehehe jadi ini Vega dan Ken atau Bapak Manusia Laut dan aku ya?

Tau deh…